Tentang Amalan Itu Sesuai Dengan Niatnya
Sumber Channel Telegram: MaktabahFairuzAddailamiy
CONTOH MATERI KHUTBAH
---------------------------------------------------
Untuk pemesanan Kitab klik gambar |
Khutbah Kesepuluh: Tentang Amalan Itu Sesuai Dengan Niatnya
الحمد لله العالم بالبواطن والظواهر، والخفيات والجليات، المطلع على مكنون الصدور وخبايا الأمور، ودقيق المخلوقات في زوايا الظلمات، يعلم السر وأخفى، الله لا إله إلا هو له الأسماء الحسنى وكامل الصفات، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، الذي شهدت له بالربوبية جميع الموجودات، وأذعن له بالألوهية والإخلاص خلاصة المخلوقات، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله أفضل الرسل وسيد البريات، اللهم صل وسلم وبارك على محمد وعلى آله وأصحابه أهل السرائر الصافيات ، وعلى التابعين لهم بإحسان في صحة العقيدة وزكاء النيات. أما بعد :
Wahai manusia, bertakwalah kalian kepada Allah ta’ala dan taatilah Dia. Allah ta’ala berfirman:
﴿ وَاعْلَمُوا أَنَّ الله يَعْلَمُ مَا فِي أَنْفُسِكُمْ فَاحْذَرُوهُ﴾ [البقرة: 235].
“Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada di dalam jiwa-jiwa kalian, maka waspadalah terhadap-Nya”.
Nabi ﷺ bersabda:
«إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى».
"Sesungguhnya amalan itu hanyalah sesuai dengan niatnya, dan hanyalah setiap orang itu akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya".
Ini termasuk dari kalimat-kalimat mulia beliau yang mengumpulkan banyak faidah dan pelajaran, dan termasuk dari prinsip-prinsip syariat yang bernilai tinggi. Maka masuk di dalam hadits ini: seluruh peribadatan dan tradisi, juga mencakup semua muamalah dan akad-akad pertukaran dan akad-akad pemberian. Maka tidak sah bagi seorangpun shalat, zakat, puasa ataupun haji dia kecuali dengan niat. Dan tidak sempurna ibadah-ibadah dia semuanya, dan tidak pula bertambah pahalanya kecuali dengan kesempurnaan keikhlasan dan benarnya maksud.
Dengan niatlah terbedakan antara ibadah-ibadah yang wajib dan yang mustahab. Dengan mengikhlaskan ibadah untuk Allah itulah pahala menjadi besar, dan pelakunya beruntung mendapatkan keutamaan ibadah tadi.
Wahai sekalian manusia; siapkanlah jiwa-jiwa kalian untuk mengharapkan pahala terhadap segala sesuatu dan menginginkan wajah Allah. Latihlah jiwa kalian untuk mencintai kebaikan bagi kaum Muslimin dan menasihati para hamba Allah, karena sungguh Allah tidak melihat kepada bentuk-bentuk lahiriyah kalian dan amalan kalian, akan tetapi Dia melihat kepada kedalaman hati-hati kalian dan apa saja yang dikandungi oleh keadaan-keadaan kalian.
Dan biasakanlah jiwa-jiwa kalian untuk ikhlas pada setiap perkara yang kalian lakukan ataupun yang kalian tinggalkan, dan untuk berharap pahala di dalam urusan yang kalian rahasiakan dan kalian nyatakan.
Keikhlasan itu harus selalu menjadi pengiring bagi kalian, menunggu pahala terhadap amal kebaikan itu selalu menjadi penolong bagi kalian.
Barangsiapa sibuk dengan perniagaan, ataupun produksi, maupun pekerjaan, ataupun pertanian maupun amalan-amalan yang lainnya; hendaknya dia meniatkan dengan itu: memenuhi kewajiban terhadap diri sendiri, istri dan anggota keluarga lainnya, karena yang demikian itu termasuk dari jihad dan menyibukkan diri dengan kewajiban, dan itu adalah termasuk amalan yang paling utama.
Dan apabila salah seorang dari kalian memberikan makanan kepada keluarganya atau orang yang dia tanggung; hendaknya dia meniatkan itu untuk mencari wajah Allah, karena jika dia mengangkat suapan ke mulut istrinya atau anaknya; atau memberi mereka pakaian dalam keadaan mengharapkan pahala pada Allah; hal itu akan menjadi ketinggian derajat dan pahala untuknya di sisi Allah.
Barangsiapa makan atau minum atau tidur, atau beristirahat; dan dia meniatkan dengan amalan tadi untuk menguatkan diri di dalam menaati Allah; maka dia berada di dalam ibadah.
Barangsiapa menuntut ilmu untuk mencari wajah Allah, memberikan manfaat untuk dirinya sendiri dan kaum Muslimin; maka dia berada di dalam jihad, ketinggian dan pertambahan.
Barangsiapa tidak mampu untuk melakukan kebaikan, tapi dia meniatkan dengan jujur amalan tadi; maka dia akan mendapatkan amalan yang diniatkannya itu.
Barangsiapa punya kebiasaan yang baik dan ketaatan, lalu dia menderita sakit atau bersafar; akan dicatatlah untuknya apa yang biasa dia amalkan saat sehat dan tinggal di kampungnya.
Maka alangkah wajibnya hamba untuk bersyukur kepada Tuan dia.
Dan barangsiapa berkeinginan melakukan suatu kebaikan, lalu dia tidak melakukannya; Allah akan mencatat di sisi-Nya satu kebaikan yang sempurna. Dan barangsiapa berkeinginan melakukan suatu keburukan, lalu dia tidak melakukannya; Allah akan mencatat di sisi-Nya satu kebaikan yang sempurna. Dan barangsiapa bersemangat untuk berbuat maksiat, lalu dia tidak mampu melakukannya; maka dia bagaikan pelaku maksiat tadi. Dan barangsiapa berusaha berbuat kebaikan, lalu dia mengalami kematian sebelum menyempurnakannya; pahala telah menjadi jaminan Allah yang telah memuliakannya dengan kelembutan-Nya yang menyeluruh.
Barangsiapa mengambil (berhutang) harta orang lain dan bermuamalah dengan mereka dengan niat dia ingin membayarnya kembali; Allah akan menunaikan itu atas nama dia. Tapi barangsiapa mengambilnya karena ingin merusakkan harta itu; Allah akan merusak dirinya. Barangsiapa mencari sarana dengan suatu tipu daya untuk menjalankan muamalah yang diharamkan; maka dia itu adalah penipu yang zhalim.
Barangsiapa mewakafkan suatu wakaf atau mewasiatkan suatu wasiat karena dia ingin menghalangi orang yang menuntut haknya, atau dia ingin merugikan ahli warisnya; maka dia itu adalah orang yang melampaui batas lagi pendosa. Barangsiapa membuat susah dan menzhalimi istrinya agar istrinya menebus dirinya dari orang tadi; maka perbuatan orang tadi termasuk kejahatan yang paling zhalim.
Maka keberuntunganlah bagi para pemilik cita-cita yang tinggi, demi Allah, tradisi dan kebiasaan mereka telah berubah menjadi ibadah-ibadah dengan sebab niat-niat yang bagus.
Dan alangkah kasihannya para pemilik kebodohan dan cita-cita yang rendah; demi Allah, sungguh hampir-hampir ibadah-ibadah mereka menjadi adat istiadat belaka karena lemahnya niat. Allah ta’ala berfirman:
﴿مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا * وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا﴾ [الإسراء: 18، 19].
“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan Akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usaha mereka dibalasi dengan baik”.
------------------------------------
( Dikutip dari Kitab : "Al Fawakihusy Syahiyyah Fil Khuthabil Minbariyyah” lil Imam Abdurrahman Bin Nashir As Sa’diy رحمه الله | terjemah bebas : Catatan Salafi buat kumpulan Khutbah Al Imam As Sa'diy | Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy)