KEBATILAN CERITA BUKU "THE 100 : RANKING OF THE MOST INFLUENTIAL PERSON IN HISTORY" 100 TOKOH PALING BERPENGARUH DI DUNIA SEPANJANG SEJARAH , TENTANG PENAKLUKAN NEGERI² OLEH TOKOH ISLAM
KEBATILAN CERITA BUKU "THE 100 : RANKING OF THE MOST INFLUENTIAL PERSON IN HISTORY" 100 TOKOH PALING BERPENGARUH DI DUNIA SEPANJANG SEJARAH , TENTANG PENAKLUKAN NEGERI² OLEH TOKOH ISLAM
Pertanyaan :
Assalamu'alaykum, Syaikh. Afwan Syaikh izin ana mau bertanya.
Pada buku yang berjudul "The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History", 100 tokoh paling berpengaruh di dunia sepanjang sejarah, karangan Michael H. Hart, dia menulis di urutan ke 51, tokoh paling berpengaruh di cantumkan Umar bin Al Khaththab رضي الله عنه, di tengah² tulisan dia menuliskan,
“...Umar sudah barangtentu punya rencana apa yang harus dilakukannya terhadap daerah-daerah yang sudah ditaklukkan oleh pasukan Arab. Dia memutuskan, orang Arab punya hak-hak istimewa dalam segi militer di daerah-daerah taklukan, mereka harus berdiam di kota-kota tertentu yang ditentukan untuk itu, terpisah dari penduduk setempat. Penduduk setempat harus bayar pajak kepada penakluk Muslimin (umumnya Arab), tetapi mereka dibiarkan hidup dengan aman dan tenteram. Khususnya, mereka tidak dipaksa memeluk Agama Islam. Dari hal itu sudahlah jelas bahwa penaklukan Arab lebih bersifat perang penaklukan nasionalis daripada suatu perang suci meskipun aspek agama bukannya tidak memainkan peranan.”
Pertanyaan ana Syaikh, apakah yang si penulis katakan benar ? dia menyebutkan bahwa penaklukan Arab yang di canangkan Umar bin Al Khaththab رضي الله عنه lebih bersifat semangat nasionalisme kebangsaan ketimbang perang suci / jihad fiy Sabilillah. Mohon faidahnya Syaikhuna.
-------------------------
Jawaban dengan memohon pertolongan pada Allah ta'ala:
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته.
Tentunya ucapan tadi salah besar. Itu hasil dari pengamatan orang jahil.
Justru agama yang suci adalah sesuai fithrah, dan fithrah manusia tidak suka dipaksa dalam memeluk suatu agama. Maka Islam menerapkan prinsip tadi:
لا إكراه في الدين.
"Tiada pemaksaan untuk memeluk agama ini."
Namun Islam terus menerus mendakwahkan agama yang benar ini, dan menampilkan keindahannya di hadapan seluruh hamba Allah, sambil membongkar batil dan buruknya agama lain.
Ini betul² perang suci yang adil dan mengandung banyak rahmat.
Adapun mereka membayar jizyah maka itu adalah wajar, diterapkan oleh semua penakluk. Namun para penakluk yang kuffar memaksakan pajak sampai memberatkan pemeluk agama lain dan menindas dengan amat kejam, juga rajin memperkosa para wanita dan merampas harta para rakyat dari agama lain, sedangkan dalam Islam: jizyah hanya satu dinar pertahun, dan pajak bisnis orang kafir dzimmi hanya seper dua puluh dari penghasilan,
Sedangkan pajak bisnis terhadap kafir harbi yang datang ke negeri Muslimin hanya seper sepuluh dari penghasilan.
Juga mengharamkan perkosaan, perampasan dll.
Penakluk dari kalangan kuffar banyak yang memaksakan perpindahan agama, sedangkan Islam tidak, namun mengedepankan dakwah dan upaya pembangkitkan kesadaran fithrah mereka yang tengah tertidur dan lalai.
Maka ini bantahan telak terhadap tuduhan orang jahil atau orang bingung tadi.
والله أعلم بالصواب.
-----------------
( Dijawab Oleh : Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy Hafidzahullah )
Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAddailamiy