Header Ads

Dua Jenis Musibah dan Dua Jenis Kesabaran

 Faidah


Dua Jenis Musibah dan Dua Jenis Kesabaran
➖➖➖➖➖➖➖➖
Untuk pemesanan klik


Ketahuilah bahwasanya ada perbedaan antara musibah berupa bencana alam –semacam gunung berapi, Gempa bumi, dan banjir-, dengan musibah yang terkait dengan perbuatan langsung manusia – seperti: pembunuhan, perampokan, cacian, adu domba, gunjingan dan tuduhan-.

Maka kesabaran yang terhadap jenis pertama adalah shabr idhthirariy (kesabaran yang bersifat terpaksa), karena manusia memang tidak mampu untuk menuntut balas.

Adapun kesabaran terhadap jenis yang kedua, maka dia adalah shabr ikhtiyariy (kesabaran yang bersifat pilihan sendiri), karena manusia pada dasarnya punya kemungkinan untuk membalas terhadap pihak yang menzhaliminya, tapi dia tidak melakukan itu karena mencari kesempurnaan pahala dari Allah.

*Shabr ikhtiyariy* itu kedudukannya lebih tinggi di sisi Allah, dan lebih banyak pahalanya bagi si hamba daripada shabr idhthirariy. Dan dua-duanya adalah bernilai tinggi.

Syaikhul Islam رحمه الله berkata: “Akan tetapi orang sabar saat tertimpa musibah dari langit itu kesabaran dirinya itu tidak seperti kesabaran orang yang dirinya bersabar terhadap kezhaliman orang lain. Itu karena orang yang pertama merasakan bahwasanya Allah itulah Yang mendatangkan musibah tadi, maka dirinya berputus asa untuk membela diri, menghukum dan menuntut balas. Ini berbeda dengan orang yang dizhalimi orang lain, dirinya merasa punya kemungkinan untuk menolak kezhaliman tadi, menghukumnya dan membalas dendam terhadapnya.
Maka kesabaran terhadap yang kedua itu lebih utama dan lebih agung, seperti kesabaran Yusuf صلوات الله وسلامه عليه . Yang demikian terjadi karena dia tahu bahwasanya Allah telah menetapkan itu, maka dirinya bersabar terhadap musibah tadi, seperti kesabarannya terhadap musibah dari langit. Dan dia juga meraih pahala orang-orang yang menahan amarah, memaafkan orang lain, dan Allah memang mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan agar hatinya selamat dari rasa dendam pada manusia.

Kedua jenis kesabaran tadi bersekutu di dalam diri pelakunya yang menyadari bahwasanya musibah-musibah tadi terjadi dengan sebab dosa-dosanya, dan bahwasanya hal itu termasuk faktor yang dengan itu Allah menghapus kesalahan-kesalahannya, dia mohon ampunan dan bertobat. Dan juga dia berpandangan bahwasanya kesabaran tadi adalah wajib baginya, dan bahwasanya keluh kesah itu termasuk perkara yang akan mendatangkan hukuman.”
(Selesai dari “Majmu’ul Fatawa”/17/hal. 26-27).

(Koreksi Langkah di Saat Musibah | Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Indonesiy Al Jawiy حفظه الله)
Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAddailamiy
Diberdayakan oleh Blogger.