HADITS KECINTAAN KAUM ASY'ARIY TERHADAP ALQUR'AN
HADITS KECINTAAN KAUM ASY'ARIY TERHADAP ALQUR'AN
------------------------------------------------------------
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
Hadits:
عَنْ أَبِى مُوسَى رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنِّى لأَعْرِفُ أَصْوَاتَ رُفْقَةِ الأَشْعَرِيِّينَ بِالْقُرْآنِ حِينَ يَدْخُلُونَ بِاللَّيْلِ وَأَعْرِفُ مَنَازِلَهُمْ مِنْ أَصْوَاتِهِمْ بِالْقُرْآنِ بِاللَّيْلِ وَإِنْ كُنْتُ لَمْ أَرَ مَنَازِلَهُمْ حِينَ نَزَلُوا بِالنَّهَارِ…»
“Abu Musa Al Asy’ary radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui suara kelompok orang-orang keturunan Asy’ary dengan bacaan Al Quran, jika mereka memasuki waktu malam dan aku mengenal rumah-rumah mereka dari suara-suara mereka membaca Al Quran pada waktu malam, meskipun sebenarnya aku belum melihat rumah-rumah mereka ketika mereka berdiam (disana) pada siang hari…” (HR. Muslim).
Apakah status hadis ini, bagaimana kah penjelasan hadis ini.
-----------------------
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته.
Jawaban -dengan memohon pertolongan pada Allah-:
Hadits di atas diriwayatkan oleh Al Bukhariy (4232) dan Muslim (2499).
Hadits shahih tadi menunjukkan pada besarnya kecintaan mereka (Abu Musa Al Asy’ariy dan rombongan beliau رضي الله عنهم) pada bacaan firman Rabb mereka عز وجل.
Al Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata: “Dan sesuai dengan kadar kecintaan pada Allah itulah kecintaan seorang hamba pada firman-Nya. Maka barangsiapa mencintai suatu dzat, dia akan mencintai perkataannya dan mencintai pembicaraan tentangnya, sebagaimana dikatakan:
إن كنت تزعم حبي ... فلم هجرت كتابي
أما تأملت ما فيه ... من لذيذ خطابي
“Jika engkau menyatakan cinta kepada-Ku, maka mengapakah engkau meninggalkan kitab-Ku? Apakah engkau tidak merenungkan apa saja yang ada di dalamnya, yang berupa ledzatnya pembicaraan-Ku?”
Demikian pula kecintaan untuk mengingat-Nya سبحانه وتعالى itu termasuk tanda dari kecintaan kepada-Nya, karena orang yang mencintai itu tidak kenyang dari menyebut-nyebut pihak yang dia cintai”.
(Selesai dari “Raudhatul Muhibbin”/hal. 201).
Dan hadits di atas juga menunjukkan pada semangat para Asy’ariyyin untuk membaca Al Qur’an.
Al Allamah Ahmad Al Qurthubiy رحمه الله berkata: “Hadits tadi mengisyaratkan bahwasanya mereka itu senantiasa tekun membaca Al Qur’an ketika mereka berkendara, dan di saat mereka singgah di suatu tempat. Dan para Asy’ariyyun itu banyak membaca Al Qur’an disebabkan oleh Abu Musa Al Asy’ariy رضي الله عنه, karena beliau termasuk orang yang paling bagus suaranya dalam membaca Al Qur’an. Maka beliau sering membacakan untuk mereka, lalu mereka merasa puas dengan bacaan beliau, selanjutnya merekapun mempelajari Al Qur’an dari beliau. Dan mereka mencintai beliau sehingga mereka setia menyertai beliau. Dan Allah ta’ala Yang Maha Tahu”. (“Al Mufhim”/21/hal. 19).
Al Hafizh Ibnu Hajar رحمه الله berkata: “Dan di dalam hadits tadi ada dalil bahwasanya mengeraskan suara dalam membaca Al Qur’an di malam hari itu dinilai bagus, akan tetapi tempatnya adalah apabila tidak mengganggu seorangpun, dan aman dari riya”. (“Fathul Bariy”/7/hal. 487).
Fadhilatu Syaikhina Muhammad Al Harariy رحمه الله berkata: “Ketika mereka masuk” ke tempat-tempat persinggahan mereka “Di malam hari” yaitu: di malam hari setelah mereka pulang dari kesibukan-kesibukan mereka di siang hari”. (“Al Kaukabul Wahhaj” Syarhu Shahih Muslim”/24/hal. 127).
Al Kauraniy رحمه الله berkata: “Dan di antara mereka ada si Hakim, jika dia berjumpa dengan musuh atau pasukan berkuda, dia berkata pada mereka: ‘Sesungguhnya para sahabatku memerintahkan pada kalian untuk menanti mereka’” itu adalah ungkapan dari keberanian si Hakim, bahwasanya dia itu maju ke depan mendahului teman-temannya di dalam menjumpai musuh, tanpa dia peduli dengan keadaan musuh. Maka dari itu dia memerintahkan mereka untuk berhenti, dalam keadaan dirinya sendirian”. (“Al Kautsarul Jariy Ila Riyadhi Ahaditsil Bukhariy”/7/hal. 273).
Dan hadits ini juga menunjukkan bahwasanya **barangsiapa banyak melakukan sesuatu; dia akan dikenal dengan itu.**
Kasus ini mirip dengan kasus seringnya seseorang memukul wanita sehingga dia dikenal dengan itu.
Maka dari itu Al Hafizh Ibnu Abdil Barr رحمه الله berkata: “Manakala orang tadi banyak memukul wanita, Nabi menisbatkannya pada perbuatan itu, sesuai dengan perkataan orang-orang yang bijaksana: Barangsiapa banyak melakukan sesuatu; dia akan dikenal dengan itu dan dinisbatkan pada yang demikian itu”. (“At Tamhid”/19/hal. 160).
Peristiwa ini mirip dengan peristiwa banyaknya amal kebajikan yang diperbuat oleh Abu Bakr Ash Shiddiq رضي الله عنه sehingga beliau dikenal dengan itu.
Maka dari itu Al Hafizh Ibnu Hajar رحمه الله berkata tentang hadits tersebut: “Dan di dalam hadits itu ada faidah bahwasanya: Barangsiapa banyak melakukan sesuatu; dia akan dikenal dengan itu”. (“Fathul Bariy”/7/hal. 29).
Maka dari itu Al Allamah AI Munawiy رحمه الله berkata: “Kemudian Ahli; Qur’an dan Ahli Allah; mereka itu adalah orang yang dikenal dengan itu karena sering membaca Al Qur’an dan mengamalkannya”. (“Faidhul Qadir”/4/hal. 535).
والله أعلم بالصواب.
والحمد لله رب العالمين.
--------------------------
( dijawab oleh : Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy حفظه الله )
Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAddailamiy