Header Ads

ISIS KHOWARIJ BUKANLAH SALAFIYYIN

ISIS KHOWARIJ

BUKANLAH SALAFIYYIN
Untuk pemesanan klik gambar


Ditulis Oleh :
Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Indonesiy Al Jawiy حفظه الله)

----------------------

Bab Satu: Wajibnya Taat Pada Pemerintah Muslim Dalam Perkara Yang Ma’ruf, dan Haromnya Memberontak Terhadap Mereka, Sekalipun Mereka Itu Berbuat Curang dan Zholim

Kami para Salafiyyun Ahlussunnah Wal Jama’ah meyakini wajibnya taat pada pemerintah Muslimin dalam perkara yang baik, dan kami tidak membolehkan adanya pemberontakan terhadap mereka, sekalipun mereka itu berbuat curang dan zholim.
Alloh ta’ala berfirman:

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا الله وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى الله وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِالله وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا﴾ [النساء: 59].

“Wahai orang-orang yang beriman taatilah Alloh dan taatilah Rosul dan para pemegang urusan di antara kalian. Jika kalian berselisih pendapat dalam suatu perkara maka kembalikanlah pada Alloh dan Rosul jika kalian memang beriman pada Alloh dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih baik dan lebih bagus kesudahannya.”

Di dalam ayat ini ada dalil akan wajibnya taat pada para pemegang urusan di dalam perkara yang baik, sekalipun para ulama berselisih pendapat tentang mereka. Sebagian ulama berkata: “Para pemegang urusan tadi adalah para ulama (ahli ilmu agama).” Para ulama yang lain berkata: “Para pemegang urusan tadi adalah para umaro (penguasa).”

Al Imam Ibnu Jarir Ath Thobariy رحمه الله berkata: “Pendapat yang paling dekat pada kebenaran dalam masalah tadi adalah pendapat orang yang berkata: “Mereka adalah para penguasa dan para pemegang wilayah,” karena shohihnya hadits-hadits dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa’ala alihi wasallam yang berisi perintah untuk taat pada para pemimpin dan pemegang kekuasaan di dalam ketaatan pada Alloh dan kemaslahatan kaum muslimin.” (“Jami’ul Bayan”/8/hal. 502).

Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: “Dan yang nampak, wallohu a’lam, bahwasanya ayat ini berbicara tentang seluruh pemegang urusan, dari kalangan penguasa dan ulama, sebagaimana telah lewat pembahasannya. Dan Alloh ta’ala berfirman:

﴿لَوْلا يَنْهَاهُمُ الرَّبَّانِيُّونَ وَالأحْبَارُ عَنْ قَوْلِهِمُ الإثْمَ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ﴾ ]المائدة: 63[.

“Kenapa para robbaniyyun (ulama pendidik) dan para ulama itu tidak melarang mereka dari mengucapkan perkataan dosa dan memakan makanan yang harom.”

Dan Alloh berfirman:

﴿فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ﴾ ]النحل: 43[.

"Maka bertanyalah kalian pada para ahli Qur’an jika kalian tidak mengetahui."

Dan di dalam hadits shohih yang disepakati oleh Al Bukhoriy dan Muslim dari Abu Huroiroh dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa’ala alihi wasallam bahwasanya beliau bersabda :

«من أطاعني فقد أطاع الله، ومن عصاني فقد عصا الله، ومن أطاع أميري فقد أطاعني، ومن عصا أميري فقد عصاني».

"Barangsiapa taat kepadaku maka sungguh dia telah menaati Alloh, dan barangsiapa durhaka kepadaku maka sungguh dia telah durhaka pada Alloh. Dan barangsiapa taat kepada amirku maka sungguh dia telah menaatiku, dan barangsiapa durhaka kepada amirku maka sungguh dia telah durhaka padaku." (HR. Al Bukhoriy (2957) dan Muslim (1835)).

Maka ini adalah perintah-perintah untuk taat pada ulama dan umaro. Oleh karena itu Alloh ta’ala berfirman : "Taatilah Alloh" yaitu : ikutilah Kitab-Nya. "Dan taatilah Rosul." Yaitu : ambillah sunnah beliau. "Dan para pemegang urusan dari kalian." Yaitu : di dalam perkara yang mereka perintahkan, berupa ketaatan pada Alloh, bukan dalam kedurhakaan pada Alloh, karena tidak boleh ada ketaatan pada makhluq dalam kedurhakaan pada Alloh, sebagaimana telah lalu dalam hadits Shohih :
«إنما الطاعة في المعروف»

"Hanyalah ketaatan itu dalam perkara yang baik." ()
("Tafsirul Qur’anil ‘Azhim"/2/hal. 384/cet. Darul Hadits).

Dan firman Alloh سبحانه :

﴿وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُون َهُ مِنْهُمْ﴾. ]النساء: 83[.

“Dan jika datang pada mereka suatu perkara dari keamanan atau ketakukan, mereka menyebarluaskannya. Seandainya mereka mengembalikannya kepada Rosul atau kepada ulil amr dari mereka, niscaya orang-orang yang ingin mengambil pelajaran akan mengetahuinya dari mereka.”

Dalam hadits 'Ubadah Ibnush Shomit رضي الله عنه berkata:

بَايَعْنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-فَكَانَ فِيمَا أَخَذَ عَلَيْنَا أَنْ بَايَعَنَا عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِى مَنْشَطِنَا وَمَكْرَهِنَا وَعُسْرِنَا وَيُسْرِنَا وَأَثَرَةٍ عَلَيْنَا وَأَنْ لاَ نُنَازِعَ الأَمْرَ أَهْلَهُ قَالَ: «إِلاَّ أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا عِنْدَكُمْ مِنَ اللَّهِ فِيهِ بُرْهَانٌ ». وعلى أن نقول بالحقّ أينما كنّا لا نخاف في الله لومة لائم.

“Kami membai'at Rosululloh -shalallohu 'alaihi wa sallam- untuk mendengar dan taat dalam keadaan kami rajin dan malas, dalam keadaan kami merasa sulit dan mudah, dan dalam keadaan kami tertimpa kezholiman, dan agar kami tidak merebut kekuasaan dari pemiliknya. Lalu beliau bersabda: "Kecuali jika kalian melihat kekufuran yang nyata, yang kalian punya bukti dari Alloh tentangnya." Dan agar kami berbicara dengan benar di manapun kami berada tanpa merasa takut di jalan Alloh cercaan orang yang mencerca.” (HR. Al Bukhoriy (7199-7200) dan Muslim (1709)).

Dari Hudzaifah ibnul Yaman رضي الله عنهما:
قال رسول الله -صلى الله عليه وعلى آله وسلم-: «يكون بعدي أئمة لا يهتدون بهداي ولا يستنون بسنتي وسيقوم فيهم رجال قلوبهم قلوب الشياطين في جثمان إنس». قال: قلت: كيف أصنع يا رسول الله إن أدركت ذلك؟ قال: «تسمع وتطيع للأمير وإن ضرب ظهرك وأخذ مالك فاسمع وأطع».

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa’ala alihi wasallam bersabda: “Akan ada sepeninggalku nanti para pemimpin yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak menempuh jalanku. Dan akan bangkit di tengah mereka orang-orang yang hati mereka seperti hati para setan di dalam jasad manusia.” Aku bertanya: “Wahai Rosululloh, bagaimana saya harus berbuat jika saya mendapati yang demikian itu?” Beliau menjawab: “Engkau harus mendengar dan menaati pemimpin, sekalipun dia memukul tulang belakangmu dan mengambil hartamu, maka dengarlah dan taatlah padanya.” (HR. Muslim (1847). Dan asal hadits ini adalah muttafaqun ‘alaih).

Dari Ali رضي الله عنه yang berkata:
بَعَثَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - سَرِيَّةً فَاسْتَعْمَلَ رَجُلاً مِنَ الأَنْصَارِ، وَأَمَرَهُمْ أَنْ يُطِيعُوهُ، فَغَضِبَ فَقَالَ: أَلَيْسَ أَمَرَكُمُ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - أَنْ تُطِيعُونِى. قَالُوا: بَلَى. قَالَ: فَاجْمَعُوا لِي حَطَبًا. فَجَمَعُوا، فَقَالَ: أَوْقِدُوا نَارًا. فَأَوْقَدُوهَا، فَقَالَ: ادْخُلُوهَا. فَهَمُّوا، وَجَعَلَ بَعْضُهُمْ يُمْسِكُ بَعْضًا، وَيَقُولُونَ: فَرَرْنَا إِلَى النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - مِنَ النَّارِ. فَمَا زَالُوا حَتَّى خَمَدَتِ النَّارُ، فَسَكَنَ غَضَبُهُ، فَبَلَغَ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ: «لَوْ دَخَلُوهَا مَا خَرَجُوا مِنْهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ».

“Nabi صلى الله عليه وسلم mengutus suatu pasukan lalu mempekerjakan seseorang dari Anshor dan memerintahkan mereka untuk menaatinya. Kemudian (suatu ketika) pemimpin itu marah seraya berkata: “Bukankah Nabi صلى الله عليه وسلم memerintahkan kalian untuk menaatiku?” mereka menjawab: “Iya,” dia berkata: “Maka kumpulkanlah untukku kayu bakar.” Maka merekapun mengumpulkannya. Lalu dia berkata: “Nyalakanlah api,” maka mereka menyalakan api. Lalu dia berkata: “Masuklah kalian ke dalamnya.” Maka mereka berniat melakukannya. Dan mulailah sebagian dari mereka memegang sebagian yang lain dan berkata: “Kita itu lari kepada Nabi صلى الله عليه وسلم dari api neraka.” Terus-menerus mereka dalam keadaan demikian sampai padamlah api itu, dan redalah kemarahan sang pemimpin. Lalu berita itu sampai pada Nabi صلى الله عليه وسلم maka beliau bersabda: “Jika mereka masuk ke dalam api tadi, mereka tak akan keluar darinya sampai hari Kiamat. Ketaatan itu dalam perkara yang baik.” (HR. Al bukhoriy (4340) dan Muslim (1840)).

Dan dalil-dalil dalam bab ini banyak dan telah terkenal.

Dan kami para Salafiyyun berkata seperti yang dikatakan oleh Al ‘Allamah Al Muzaniy –dan beliau termasuk pemimpin Syafi’iyyah terbesar, semoga Alloh merohmati beliau-: “Dan ketaatan pada pemegang kekuasaan di dalam perkara yang diridhoi oleh Alloh ‘Azza wajalla, dan menjauhi perkara yang Dia murkai, dan tidak memberontak sekalipun mereka bersikap melampaui batas dan curang, dan bertobat pada Alloh ‘Azza wajalla agar Dia mencondongkan hati-hati para penguasa tadi pada rakyat mereka.” (kitab “Jalatu Mu’taqodisy Syafi’iyyah Bi Syarh ‘Aqidatil Muzaniyyisy Syafi’iyyah”/Abu Fairuz/hal. 179).

Al Imam Abu Zur’ah Ar Roziy dan Abu Hatim Ar Roziy رحمهما الله berkata: “Kami mendapati para ulama di seluruh negri: Hijaz, Iraq, Syam dan Yaman, maka madzhab mereka adalah: ... -lalu beliau berdua menyebutkan beberapa perkara sampai pada ucapan:- dan kami tidak berpandangan untuk memberontak terhadap para pemimpin, dan kami tidak berpandangan untuk berperang di dalam fitnah. Dan kami mendengar dan taat kepada orang yang diberikan kekuasaan oleh Alloh ‘azza wajalla untuk mengelola urusan kami, dan kami tidak mencabut tangan kami dari ketaatan. Dan kami mengikuti Sunnah dan Jama’ah, dan kami menjauhi penyendirian, perselisihan dan perpecahan.” (sebagaimana dinukilkan oleh Al Imam Al Lalikaiy Asy Syafi’iy dalam “Syarh Ushul i’tiqod Ahlissunnah Wal Jama’ah”/1/hal. 286 dst./cet. Al Maktabatul Islamiyyah).

Inilah aqidah kami yang dengannya kami menyembah Alloh dalam rangka mencari wajah Alloh, bukan karena mencari dunia ataupun takut pada makhluk.

Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAddailamiy
Diberdayakan oleh Blogger.