Jika manusia adalah milik Allah, maka apakah yang Allah inginkan dari mereka?
Pertanyaan :
Jika manusia adalah milik Allah, maka apakah yang Allah inginkan dari mereka?
Untuk pemesanan klik gambar |
Jawaban:
Allah menciptakan manusia karena Dia ingin mereka mengingat-Nya dan bertaqwa kepada-Nya (melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya). Allah Yang Maha Suci berfirman:
﴿يَاأَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ الله عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ الله يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ﴾ [فاطر: 3].
“Wahai manusia, ingatlah kenikmatan Allah kepada kalian. Apakah ada pencipta selain Allah yang memberikan rezeki pada kalian dari langit dan bumi? Tiada sesembahan yang benar selain Dia, maka kemanakah kalian dipalingkan?”
Dan Allah ta’ala berfirman:
﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا الله الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا﴾ [النساء:1].
“Wahai manusia, bertaqwalah kalian pada Robb kalian Yang menciptakan kalian dari satu jiwa, dan menciptakan darinya istrinya, dan menyebarkan dari keduanya lelaki yang banyak dan wanita yang banyak. Dan bertaqwalah kalian kepada Allah Yang kalian saling meminta dengan-Nya dan peliharalah hubungan kekerabatan. Sesungguhnya Allah senantiasa mengawasi kalian.”
Dzikir dan taqwa adalah bagian dari ibadah. Dan memang ibadah itulah tujuan mereka diciptakan. Allah Jalla Wa’azza berfirman:
﴿وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون * ما أريد منهم من رزق وما أريد أن يطعمون * إن الله هو الرزاق ذو القوة المتين﴾.
"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menginginkan dari mereka rizqi dan Aku tidak menginginkan dari mereka untuk mereka memberiku makan. Sesungguhnya Allah, Dia itulah Yang Maha Memberikan Rizqi, Pemilik kekuatan lagi Maha kokoh." (QS. Adz Dzariyat: 56-58).
Al Imam Ibnu Katsir –semoga Allah merohmati beliau- berkata: “Yaitu: hanyalah Aku menciptakan mereka itu untuk Aku memerintahkan mereka agar mereka beribadah kepada-Ku, bukan karena Aku memerlukan mereka.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/7/hal. 425).
Allah ta’ala berfirman:
﴿ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ * الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ ﴾ [البقرة: 21، 22].
“Wahai manusia, sembahlah Robb kalian Yang menciptakan kalian dan menciptakan orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang bertaqwa. Dialah Yang menjadikan untuk kalian itu bumi sebagai hamparan, langit sebagai bangunan, dan menurunkan air dari awan, lalu Dia mengeluarkan dengan itu buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian. Maka janganlah kalian menjadikan tandingan-tandingan untuk Allah padahal kalian tahu (bahwasanya Allah tidak punya tandingan).”
Maka jelaslah bahwasanya Allah menciptakan manusia dan jin bukan untuk bermain-main, tapi untuk tugas yang besar, yaitu beribadah pada-Nya semata.
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Dan tidaklah Allah menciptakan langit dan bumi itu untuk kebatilan, dan tidaklah Dia menciptakan manusia itu untuk kesia-siaan, dan tidaklah Dia membiarkan manusia telantar dan tidak berguna.
Allah ta’ala berfirman:
﴿أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ﴾ [المؤمنون/115].
“Maka apakah kalian menyangka bahwasanya Kami menciptakan kalian itu untuk kesia-siaan, dan bahwasanya kalian itu tidak akan kembali kepada Kami?”
Yaitu: (kalian menyangka bahwa) kalian diciptakan bukan untuk suatu alasan, ataupun hikmah, ataupun peribadatan kepada-Ku dan tanpa adanya balasan dari-Ku untuk kalian? Dan sungguh Allah ta’ala telah terang-terangan menyebutkan ini di dalam firman-Nya:
﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ﴾.
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku.”
Maka ibadah itu adalah tujuan yang mana jin, manusia dan seluruh makhluq itu diciptakan untuk itu. Allah ta’ala berfirman:
﴿أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى﴾ [القيامة/36]
“Apakah manusia itu menyangka bahwasanya mereka dibiarkan tersia-sia?”
Yaitu: sia-sia tidak berguna?”
(Selesai dari “Madarijus Salikin”/1/hal. 98).
Allah ta’ala berfirman:
﴿وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ * مَا خَلَقْنَاهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ﴾ [الدخان/38، 39]
“Dan tidaklah Kami menciptakan langit dan bumi serta apa saja yang ada di antara keduanya itu untuk bermain-main. Tidaklah Kami menciptakan keduanya kecuali dengan kebenaran, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.”
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Dan yang benar adalah bahwasanya KEBENARAN itu adalah ilahiyyah Allah (hak untuk diibadahi), hikmah-Nya (meletakkan segalanya tepat pada tempatnya) yang mengandung penciptaan, perintah, pahala, dan hukuman. Maka sumber dari itu semua adalah kebenaran, dengan kebenaranlah itu semua terwujud, dengan kebenaranlah itu semua tegak. Tujuannya adalah kebenaran, dan dengan kebenaranlah itu semua menjadi lurus.” (“Miftah Daris Sa’adah”/2/hal. 85).
Jika kita tahu bahwasanya kita adalah milik Allah, dan Dia menciptakan kita untuk beribadah kepada-Nya, maka seharusnya kita tunduk pada peraturan-Nya, dan tidak sembarangan membuat peraturan sendiri, apalagi sampai merusak fitrah manusia, merubah yang haram jadi halal dan sebaliknya.
Al Imam Ibnul Qoyyim -rohimahulloh- berkata: "Larangan untuk mendahului Allah dan Rosul-Nya. Dan Allah ta'ala berfirman:
﴿يا أيها الذين آمنوا لا تقدموا بين يدي الله ورسوله واتقوا الله إن الله سميع عليم﴾.
"Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian mendahului Allah dan Rosul-Nya, dan bertaqwalah kalian pada Allah sesungguhnya itu Sami' (Maha Mendengar) dan Bashir (Maha Melihat)".
Yaitu: Janganlah kalian berkata sebelum Dia berkata, janganlah kalian memerintah sebelum Dia memerintah, dan janganlah kalian berfatwa sampai Dia berfatwa, dan janganlah kalian memutuskan suatu perkara sampai Dia itulah yang menghukumi dan menjalankan."
–sampai dengan ucapan beliau- "Dan perkataan yang menyatukan makna dari ayat tadi adalah: Janganlah kalian tergesa-gesa berbicara atau berbuat sebelum Rosulullah ﷺ berbicara atau berbuat. Allah ta'ala berfirman:
﴿يا أيها الذين آمنوا لا ترفعوا أصواتكم فوق صوت النبي ولا تجهروا له بالقول كجهر بعضكم لبعض أن تحبط أعمالكم وأنتم لا تشعرون﴾.
"Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian mengangkat suara kalian di atas suara Nabi. Dan janganlah kalian mengeraskan suara kepadanya sebagaimana sebagian dari kalian mengeraskan suara kepada sebagian yang lain, karena amal kalian akan terhapuskan dalam keadaan kalian tidak menyadari."
Jika mengangkat suara melebihi suara beliau saja bisa menyebabkan amalan terhapus, maka bagaimana jika mendahulukan pendapat, akal, perasaan, dan siasat serta pengetahuan mereka melebihi apa yang dibawa Rosulullah, dan mengangkatnya di atas apa yang dibawa beliau? Bukankah hal itu lebih layak untuk menghapus amal-amal mereka?"
(Selesai dari "I'lamul Muwaqqi'in" /1/hal. 51).
------------------
“Kemanakah Anda Akan Melangkah? (Renungan Tentang Maraknya Transgender, Freesex, Homoseksual, Menggauli Hewan, dan Dunia Yang Penuh Fitnah)”
Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy حفظه الله
Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAddailamiy