Header Ads

Maka karunia Alloh kepada para hamba-Nya dengan pengutusan Rosul yang mulia ini صلى الله عليه وسلم itu amat agung melebihi apa yang diperkirakan oleh manusia

Maka karunia Alloh kepada para hamba-Nya dengan pengutusan Rosul yang mulia ini صلى الله عليه وسلم itu amat agung melebihi apa yang diperkirakan oleh manusia. Alloh ta'ala berfirman:


﴿لَقَدْ مَنَّ الله عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ﴾ [آل عمران: 164].

"Sungguh Alloh telah memberikan karunia pada kaum mukminin ketika mengutus di kalangan mereka seorang Rosul dari kalangan mereka sendiri yang membacakan pada mereka ayat-ayat, mensucikan mereka dan mengajarkan pada mereka Al Kitab dan Al Hikmah, padahal mereka dulunya benar-benar dalam kesesatan yang nyata."


Syaikhul Islam رحمه الله berkata: "Karena sesungguhnya pengutusan beliau merupakan termasuk nikmat yang paling agung kepada para makhluk, dan di dalamnya ada hikmah Sang Pencipta yang terbesar dan rohmat dari-Nya untuk para hamba-Nya." ("Majmu'ul Fatawa"/8/hal. 93).

Maka syariat Alloh yang agung itu merupakan nikmat kepada para hamba-Nya. Maka tidaklah Alloh mensyari’ahkan sesuatu kecuali untuk kemaslahatan para hamba, mendekatkan kepada mereka apa saja yang bermanfaat bagi mereka, dan menjauhkan dari mereka apa saja yang membahayakan mereka.

Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Syari’ah itu dasar dan asasnya ada di atas hikmah dan maslahah para hamba dalam kehidupan dunia dan akhirat. Syari’ah ini semuanya adil, rohmah, maslahah, dan hikmah. Maka semua masalah yang keluar dari keadilan kepada kezholiman, dari rohmah kepada lawannya, dari maslahah kepada mafsadah, dan dari hikmah kepada kesia-siaan, maka itu bukanlah bagian dari syari’ah.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/3/hal. 5).

Beliau رحمه الله juga berkata: "Secara keseluruhan: sungguh Rosululloh –صلى الله عليه وسلم- telah datang pada mereka dengan membawa kebaikan dunia dan akhirat secara total, dan Alloh tidak menjadikan mereka perlu pada orang lain. Dan karena inilah Alloh menutup dengan beliau dewan kenabian, maka Dia tidak menjadikan ada rosul setelah beliau karena umat telah cukup dengan beliau dan tidak perlu pada yang lain. Maka bagaimana disangka bahwasanya syariat beliau yang sempurna ini memperlukan politik yang keluar dari lingkup syariat, atau perlu pada hakikat yang keluar dari lingkup syariat, atau perlu pada qiyas yang keluar dari lingkup syariat, atau perlu pada akal yang keluar dari lingkup syariat?

Maka barangsiapa mengira yang demikian, maka dia itu seperti orang yang menyangka bahwasanya manusia perlu nabi yang lain sepeninggal beliau. Dan sebab itu semua adalah tersamarkannya syariat yang beliau bawa di mata orang yang mengira demikian tadi. Alloh ta'ala berfirman:

﴿أو لم يكفهم أنا أنزلنا عليك الكتاب يتلى عليهم إن في ذلك لرحمة وذكرى لقوم يؤمنون﴾.

"Apakah belum cukup bahwasanya Kami turunkan kepadamu kitab yang dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya di dalam yang demikian itu benar-benar ada rohmat dan peringatan bagi kaum yang beriman."
(selesai penukilan dari "Badai'ul Fawaid"/3/hal. 677).

---------------

(“Zajrul Kuffar Wal Munafiqin Al Mustahziina Bi Sayyidil Mursalin -shollallohu 'alaihi wa 'ala Alihi Ajma'in-” | Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Indonesiy Al Qudsiy Al Jawiy حفظه الله )
Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAddailamiy
Diberdayakan oleh Blogger.