Tidak ada kebaikan pada kedekatan terhadap penguasa, dan tidak pula mendekat kepada mereka.
Soalan:
Ada satu soalan ni. Berkenaan dengan satu perkataan ulama yaitu Ibnul Qosim rahimahullah mengatakan,
ليس في قرب الولاته ولا في الدنوي من هم خير
Tidak ada kebaikan pada kedekatan terhadap penguasa, dan tidak pula mendekat kepada mereka.
Dan ana lihat sebagian daripada orang yang berpemikiran Ikhwan, mereka menyalahkan, eh apa ni, menuduh para ulama Saudi dekat dengan penguasa seperti Syeikh Soleh Fauzan, Syeikh al Luhaidan. Itu daripada satu sisi.
Dan daripada satu sisi yang lain pula, ada sebagian daripada, mereka yang Hizbiyyin, menggunakan hujjah ni mengatakan kita perlu dekat pada penguasa dan mereka ikut serta dalam sistem, apa nama, penguasa. Kononnya untuk memperbaiki penguasa.
Jadi ana minta, apa ni, tolong menjelaskan perkara ini.
Jawapan:
بسم الله الرحمن الرحيم
وَمَا ٱخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِن شَىْءٍۢ فَحُكْمُهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِ ۚ
Perselisihan apa pun di antara kalian, maka hukumnya adalah kepada Allah.
وقال ربنا عذ وجل،
فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍۢ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ
Kalau kalian berselisih pendapat dalam suatu perkara, maka kembalikan kepada Allah dan rasul-Nya.
إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ
Apabila kalian itu beriman kepada Allah dan hari akhir,
ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
yang demikian itu lebih baik dan akan lebih bagus lagi kesudahannya.
Sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wasallam telah bersabda dalam hadis yang hasan li ghairi,
من بعد جفا ومن جلس على باب سلطن إفتت
Barang siapa, dia itu menjauh di pedalaman, maka dia akan جف, akan menjadi kaku hatinya.
ومن جلس على باب سلطن إفتت
Barang siapa dia duduk di pintu penguasa, dia akan terfitnah,
ومن تتبا صيد غفل
dan barang siapa mengejar-ngejar yaitu binatang buruan maka dia akan lalai.
Hadis ini masing-masing memiliki penjelasan dan perincian tapi yang kita inginkan adalah apa?
ومن جلس على باب سلطن إفتت
Barangsiapa duduk di pintu penguasa dia akan terfitnah.
Hadis ini sanadnya dhoif tetapi dia menjadi kuat dengan apa? Dengan hadis-hadis yang lain.
Menunjukkan bahwasanya apa? Yaitu barang siapa dia itu dekat-dekat dengan penguasa, dia akan terfinah.
Terfitnah ini terbagi menjadi dua.
Boleh jadi dia akan terseret dengan kemaksiatan pemerintah, dia tidak mampu amar makruf nahi mungkar, sehingga dia akan masuk neraka bersama pemerintah itu. Pemerintah yang zalim.
Atau maksudnya terfinah adalah, dia akan teruji dengan ujian yang besar, dia akan disiksa, dia akan, dia akan apa, dia akan mendapatkan berbagai macam hukuman dan sebagainya karena dia mengumandangkan kalimatul haq.
Maka semuanya adalah fitnah, semuanya adalah ujian.
Untuk kes yang pertama yaitu ketika dia dekat-dekat dengan pemerintah bukan untuk amar makruf nahi mungkar atau dia tidak mampu amar makruf nahi mungkar, sehingga ujung-ujungnya dia akan menjadi pendukung mereka. Maka dia akan celaka.
Berdasarkan hadis Jabir radhiyallahu anhu yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan lain-lain, yang Rasulullah sallallahu alaihi wasallam menasihati Ka'ab bin Ujrah,
يا كأب إبن أجرة سيكون بعد أمراء
Wahai Ka'ab bin Ujrah, nanti di belakangku akan ada pemerintah yang
,يستنون من سنتي غير يستنون بحدي
mereka menjalankan sunnah yang bukan sunnahku, dan mereka tidak mengikuti bimbinganku.
فمن دخل عليهم
barangsiapa masuk kepada mereka.
وصدقهم بكاذبهم
Membenarkan kedustaan mereka
واعنهم على ذلمهم
dan membantu mereka terhadap kezaliman mereka, membantu mereka dalam berbuat zalim,
فدائي مني وليس منهم
maka mereka bukan termasuk golonganku, dan aku bukan termasuk golongan mereka,
ولم.يرد على الحوض
Dan mereka tidak akan mendatangi telagaku nanti.
Ini ancaman berat bagi orang yang mendukung penguasa di dalam kezaliman mereka, terfitnah agamanya.
Adapun untuk yang kedua, yaitu dia masuk untuk melakukan amar makruf nahi mungkar, menegakkan kalimatul haq dan dia tegas dengan itu, maka dia akan mendapatkan pahala yang besar .
Sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan lain-lain dari Thoriq bin Shihab Rodiyallahu Anhu, yang Rasulullah ditanya,
يا رسول الله أي جحاد أعظم؟
Wahai Rasulullah, jihad yang mana yang paling besar?
قال كلمة الحق عند سلطن جائر
Yaitu kalimat yang benar, di hadapan penguasa yang jahat.
Dijelaskan oleh Sayed Airul Ma'bud, yaitu siapa? Shamsul Haq Azim Abadi. Kenapa dia itu dikatakan kalimat haq? Karena keumuman orang, kalau dia itu perang di mana itu istilahnya, perang di medan perang, ada kemungkinan dia selamat, ada kemungkinan dia mati.
Adapun kalau dia mengumandangkan kalimatul haq di hadapan penguasa yang zalim, kemungkinan besar dia akan celaka.
Makanya ini adalah apa? Jihad yang terbesar. Ini bagi orang yang mampu melakukan itu. Dia akan mendapatkan pahala yang sangat besar melebihi jihad yang secara umum, mengangkat pedang di hadapan orang-orang kafir.
Maka berarti, dari sini para ulama apa? Mereka mengambil hukum. Barang siapa tidak mampu untuk melakukan itu, hendaknya dia menyelamatkan diri, jangan dekat-dekat dengan penguasa.
Sebagaimana kalimat yang indah dari Imam An-Nawawi di dalam Riyadus Shalihin,
السلامة لا يعاد
tidak yakin. Kita akan selamat. Tidak yakin kita ini akan sukses. Tidak yakin kita ini akan apa? Akan, istilahnya pulang dalam keadaan agama kita masih, masih utuh dan sebagainya.
Makanya jangan kita mendekat.
Tapi kita nasihati siapa yang mampu kita nasihati? Kita bimbing umat dan seterusnya, semampu kita.
Adapun ulama yang memandang bahwasanya pemerintah juga punya hak untuk dikasi nasihat dan ulama merasa bahwasanya diri nya itu kuat untuk itu, maka ini adalah kewajiban dia.
Karena Allah. Karena Allah taala telah berfirman,
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (آل عمران 104)
Hendaknya ada sekelompok dari kalian orang-orang yang memerintah kan kepada kebaikan.
وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
Memerintahkan kepada yang makruf
وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ ۚ
dan melarang dari kemungkaran dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Dan Rasulullah telah mengatakan apa itu?
من رأى منكم منكرا فليغيره بيده ، فإن لم يستطع فبلسانه ، فإن لم يستطع فبقلبه ، وذلك أضعف الإيمان
Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, berubah dengan tangannya, maka kalau dia tidak mampu maka dengan mulutnya, dengan lisannya, dan seterusnya.
Sementara pemerintah juga punya hak untuk diingkari kemungkarannya, punya hak untuk dinasihati, punya hak untuk dibimbing, karena mereka itu adalah orang-orang yang berhadapan langsung dengan musykilah-musykilah dunia, istilahnya.
Maka jarang dari mereka yang mendapatkan pendidikan agama yang cukup. Maka orang yang mampu lakukan itu, wajib bagi dia untuk menegakkan itu.
Yang tidak mampu, jangan mengejek orang yang mampu. Biarkan yang mampu itu menegakkan, menegakkan kewajiban dia sebagaimana di sekelompok orang, datang kepada Muhammad Ibnu Hanafiyah, mengatakan, "Kami ingin menegakkan bendera pemberontakan. Dan Anda sebagai pemimpin kami. Untuk melawan Yazid bin Muawiyah."
Maka beliau mengatakan, "Kenapa kalian ingin memberontak dia, dia masih Muslim."
Mereka mengatakan, "Yazid bin Muawiyah itu minum khamar, dia itu berbuat maksiat begini, begini, begini."
Kata Muhammad Ibnul Hanafiyah, "Saya telah masuk ke dia, dan saya dapati dia orang yang taat kepada Allah."
Kata mereka, "Dia taat kepada Allah di hadapan anda, dan dia takut kepada anda. Tapi kalau dia di hadapan kami, dia melakukan ini semua."
Kata beliau, "dia kalau di hadapan aku, seperti itu kalau di hadapan kalian seperti itu, menunjukkan kalian sama dengan dia. Sehingga kalian tidak berani nahi mungkar, akibatnya dia rasa kalian sama dengan dia sehingga yang memang maksiat. Itu menunjukkan kalian tidak nahi mungkar itu. Sehingga dia tidak takut.
Ini menunjukkan apa? Keberadaan ulama-ulama yang tsiqoh, ulama yang kokoh di tengah-tengah pemerintah. Maka ini akan membawa berkah kepada pemerintah tersebut.
Karena apa? Ulama ini tipenya bukan tipe makan riswah. Mahu memberikan nasihat, mahu menegakkan kebenaran, mahu mencegah kemungkaran, sehingga apa? Pemerintah pun takut, dan pemerintah menjadi baik.
Ini adalah ulama' yang memang layak untuk memegang, memegang apa? Posisi yang semacam itu. Ulama ini diperlukan.
Yang tidak mampu, jangan dia, jangan dia istilahnya apa? Mengejek ulama yang mampu. Hendaknya dia memikirkan diri sendiri dan memperbaiki apa yang dia mampu melakukan perbaikan di situ.
Dan inilah yang dipilih oleh siapa? Dipilih oleh Imam Ibnu Syihab Az Zuhri. Beliau masuk ke penguasa apa? Eh, ke penguasa-penguasa bani Umayyah.
Yang mana sebagian penguasa itu Hisyam bin Abdul Malik, mengatakan, "Ya Aba Bakar, tentang firman Allah taala,
وَالَّذِي تَوَلَّىٰ كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ (النور 11)
Orang yang mengambil bagian terbesar ketika menuduh Aisyah, maka dia akan mendapatkan bagian dosa yang besar.
Dia adalah Ali kan?
Kata Abu Bakar, eh kata Imam Abu Bakar yaitu Ibnu Shihab, beliau mengatakan, "Tidak, dia itu adalah, dia itu adalah Abdullah bin Ubai, yaitu apa? Si munafik.
Si Hisyam menggertak siapa ini? Az Zuhri
كذبت
"Dia itu adalah Ali",
karena memang mereka benci kepada ahlul bait, benci kepada Ali bin Abi Thalib.
Maka kemudian apa? Kemudian Imam Az Zuhri mengatakan,
أنا أذب لا ابا لك
"Apakah saya ini pendusta? Kamu tidak punya ayah."
Oh. berani mengatakan itu kepada si Amirul Mukminin.
"Seandainya ada berita dan wahyu dari langit turun mengatakan bolehnya dusta, saya tidak akan dusta."
ولا كبيره له عذاب عظيم
Ini adalah Abdullah bin Ubay, diriwayatkan oleh Aisyah langsung.
Langsung di Amirul Mukminin, Hisyam bin Abdul Malik bilang kepada para pembantunya, "Oh Syaikh ini marah sama kita."
Nah ini menunjukkan apa? Kalau memang dia kuat untuk nahi munkar, itu kewajiban dia.
Ini adalah, adalah untuk memperbaiki penguasa.
Kalau tidak mampu, maka perbaiki apa yang dia mampu.
*Adapun orang-orang Ikhwanul Muslimin, mereka ini adalah pengikut hawa nafsu.*
Kalau betul mereka itu mencela dengan alasan, bahwasanya dekat-dekat dengan pemerintah ini ada lah menyebabkan fitnah, menyebabkan tidak ada kebaikannya. Ini terbantah dari sisi banyak kebaikan seperti yang di zaman salaf.
Ini baru contoh sedikit yang kita sebutkan. Banyak contohnya.
Dilakukan Hasan al-Basri dan lain-lain. Banyak kebaikannya, Adapun dari sisi yang lain, adalah kalau betul ini tidak ada kebaikannya, kenapa di Sudan, mereka dekat-dekat dengan penguasa?
Siapa itu? Hasan at-Thurabi itu. Dia dekat dengan penguasa, dekat dengan presiden, mengajak kepada kalimat-kalimat yang buruk, bahkan dengan dakwah dia inilah menyebabkan apa?
Menyebabkan terjadinya dakwah persatuan agama, menyebabkan dalam satu desa yang di situ, semula itu adalah desa muslim, ada masjid, maka dengan fatwa dia, terbentuk di sampingnya itu ada apa? Ada gereja dan ada tempat peribadatan orang Yahudi.
Dan dengan fatwa dia maka di Sudan pada waktu itu apa? Kitab suci itu, Alquran dicetak satu jilid dengan apa? Dengan Taurat dan dengan Injil.
*Apakah ini hasil kebaikan dia?*
Ternyata menjadi semakin jelek. Kenapa dia sekarang berdekatan dengan penguasa? Kalau katanya ini adalah menyebabkan tidak ada kebaikannya. Dia berdekatan dengan penguasa.
Demikian pula pemimpin-pemimpin Ikhwanul Muslimin yang ada di Mesir, mereka berdekatan dengan presiden-presiden yang terdahulu. Bahkan di catat oleh Syeikh Ahmad An Najmi رحمه الله, ucapan-ucapan mereka ketika ingin mencari apa? Mencari dukungan dari orang Nasoro. "Kita ini tidak ada niat sedikit pun untuk menegakkan hukum Islam."
*Ini ikhwanul muslimin yang katanya membela Islam.*
Terang-terangan didalam kempen mereka untuk mencari suara, mereka mengatakan itu.
Mereka mengatakan Negara Mesir ini tidak layak dipimpin oleh para ba'ba'ah, para tokoh dari para pemuka agama Muslim itu. Ini نعوذ بالله.
Ikhwanul Muslimin, kalimat nya seperti itu. Dalam keadaan mereka apa? Mendekat kepada penguasa.
*Ini menunjukkan mereka hanya pengekor hawa nafsu saja.*
Kalau belum ada kesempatan, mendekat ke penguasa, tidak mampu mendekat, maka mereka akan mencela orang-orang yang dekat dengan penguasa untuk memperbaiki. Tapi kalau ada kesempatan mereka naik, bukan untuk memperbaiki tapi untuk membuat kejelekan.
Dan itu pun mereka tidak puas selama kekuasaan tidak di tangan mereka tidak akan puas.
Sebagaimana yang dilakukan oleh siapa, Hasan At-Thurobi, Sudah dekat betul. Presiden pun sudah suka dengan dia. Fatwanya di terima untuk apa? Untuk memajukan apa itu, dakwah Kristian dan dakwah Yahudi di sana.
Bahkan pendeta-pendeta Kristian masuk ke sekolah-sekolah khusus para siswi-siswi muslimah. Dicatat oleh Syeikh Ahmad An Najmi, kisah kisah itu.
Ternyata apa? Justru untuk membuat kejelekan.
Setelah itu, Hasan At-Turabi karena beda sedikit pandangan dengan presiden, dia membuat partai sendiri dan berusaha mencalonkan diri sebagai presiden. Ini adalah apa? Pengekor hawa nafsu semacam itu. Tidak tegak di atas suatu dalil dan tidak pula membela kebenaran.
والله اعلم والحمدالله رب العالمين
Thalib: Jadi yang, yang macam, dekat dengan penguasa tapi kemudian mereka masuk dalam sistem penguasa itu pula. Macam mana itu?
Nah itu tadi. Masuk dalam demokrasi, kemudian masuk dalam apa? Dalam pemilihan raya. Tujuannya adalah untuk mencari ridha makhluk untuk nanti dipilih naik sebagai penguasa tertinggi. Ini berarti kebatilan.
Adapun para ulama yang masuk ke sana bukan untuk mendukung kebatilan, tapi untuk mencegah kemungkaran dan untuk apa membimbing kepada kebaikan.
Itu yang dilakukan oleh Imam siapa? Abdul Ghani Al-Maqdasi dan lain-lain.
Masuk memberikan nasihat selesai apa, pulang.
Dan itu yang dilakukan oleh Sufyan Ats Tsauri. Sebagaimana didalam kitab Hilyatul Auliya'. Masuk kasi nasihat begini-begini, sampai penguasa nangis, kemudian mau pulang. Langsung dicegah.
"Anda mahu kemana?".
Beliau mengatakan, "Urusan saya telah selesai." Sang penguasa mengatakan, "Apakah anda perlu sesuatu saya tulis dan sebagai, enggak, saya enggak ada perlu apa-apa. Kemudian pulang. Sudah itu saja. Selesai.
Bukan untuk mencari ridha penguasa, bukan untuk dapat fasiliti ini, dapat loan itu, bukan itu. Apalagi untuk apa, ikut dalam jalur, tujuannya untuk apa? Cari kursi ujung-ujungnya.
نعوذ بالله
Penguasa, apa namanya, ulama tujuannya bukan untuk itu. Tujuannya adalah agar Allah taala ditaati di muka bumi. Bukan untuk mencari kursi.
Makanya Sheikh Muqbil رحمه الله mengatakan apa?
الكراسي عندي لا تسوي بأره
Kursi-kursi kekuasaan di mataku itu tidak ada nilai, tidak senilai dengan apa dengan kotoran kambing. Itu Syekh Muqbil.
والله اعلم
Thalib: جزاك الله خيرا.
Kalau ikhlas maka kalimatnya kuat, kalau enggak ikhlas akan bisa dibelokkan kalimatnya. Terbukti seperti itu para ulama-ulama yang jahat seperti itu.
Dia orang kan boleh sama walaupun dengan setan.
Yusuf Qardhawi seperti itu.
Demi menaikkan apa, Sisi atau Mursi ye, kita siap bekerja sama dengan setan. Yang penting Mursi naik, naik kembali jadi presiden Mesir. Ini kalimat apa,
نعوذ بالله
Ini. kerja sama dengan setan. Padahal Allah taala menjadikan apa? Setan adalah musuh kita. Yahudi.
Powered by Todorant
Sumber Channel Telegram: soaljawab_sheikhabufairuz