Faidah dari Syekhuna Abu Fairuz Abdurrahman Hafidzahulloh
Faidah dari Syekhuna Abu Fairuz Abdurrahman Hafidzahulloh
----------------------Dari Abu Hurairah رضي الله عنه dari Nabi ﷺ yang bersabda:
«لقد رأيت رجلا يتقلب في الجنة في شجرة قطعها من ظهر الطريق كانت تؤذي الناس».
"Sungguh aku telah melihat ada seseorang yang bersenang-senang di Jannah disebabkan oleh sebatang pohon yang dipotongnya dari permukaan jalan karena dulunya mengganggu manusia." (HR. Muslim (1914)).
Al Imam Ibnu 'Utsaimin رحمه الله berkata: "Dan hadits ini dalil bahwasanya barangsiapa menghilangkan gangguan dari muslimin, maka dia akan mendapatkan pahala yang agung ini dalam perkara indrawi. Maka bagaimana dengan perkara maknawi? Di sana ada sebagian orang –kita berlindung pada Allah- yang suka membikin kejelekan dan bencana, dan pemilik pikiran-pikiran yang busuk serta akhlaq yang buruk. Jika mereka adalah pemilik pikiran-pikiran yang busuk dan buruk, menghalangi orang dari agama Allah, maka upaya menghilangkan mereka dari jalan muslimin itu jauh lebih utama dan lebih agung pahalanya di sisi Allah. Maka jika gangguan mereka dihilangkan, jika mereka adalah pemilik pikiran-pikiran yang busuk dan buruk, penyelewengan, harus dibantah dan dibatalkan pemikiran mereka –sampai pada ucapan beliau:- maka wajib bagi para pemegang urusan untuk menghilangkan gangguan dari jalan muslimin, yaitu: mereka menghilangkan para penyeru kepada kejahatan, atau kepada penyelewengan, atau kepada mujun (rendahnya kehormatan karena canda yang melampaui batas), atau kepada kefasiqan, dengan cara dilarang dari menyebarkan apa yang diinginkannya itu, dari kejahatan dan kerusakan. Dan inilah kewajiban mereka.
Akan tetapi tidak diragukan bahwasanya para pemegang urusan yang Allah menguasakan mereka terhadap muslimin, ada sikap kurang pada sebagian dari mereka, dan sebagiannya ada yang meremehkan masalah ini. Mereka meremehkan perkara ini pada awal kejadiannya hingga perkaranya berkembang dan bertambah, dan ketika itulah mereka tidak lagi sanggup untuk mencegahnya. Maka yang wajib adalah menghadapi kejelekan sejak dari awal munculnya dengan memotong akarnya hingga tidak tersebar dan tidak menyebabkan manusia tersesat dengannya.
Yang penting: bahwasanya menghilangkan gangguan dari jalan, dan jalan indrawi, jalan yang dipijak oleh kaki, dan jalan maknawi, jalan di dalam hati, dan menjalankan upaya penghilangan gangguan dari jalan ini semua adalah termasuk perkara yang bisa mendekatkan diri kepada Allah. Dan penghilangan gangguan dari jalan hati dan amal shalih lebih agung pahalanya, dan lebih keras hajatnya daripada menghilangkan gangguan dari jalan yang dipijak oleh kaki. Dan Allah sajalah yang memberikan taufiq.
(selesai dari "Syarhu Riyadhish Shalihin"/Ibnu 'Utsaimin/1/hal. 368/Darus Salam).
-----------------------------(Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman Al Jawiy )
Senin 18 Syawal 1444 / 8-05-2023
Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAdDailamiy