Header Ads

KISAH BURUK DAULAH UTSMANIYYAH, ATAS KEJAHATANYA TERHADAP ULAMA² NEGERI TAUHID

KISAH BURUK DAULAH UTSMANIYYAH, ATAS KEJAHATANYA TERHADAP ULAMA² NEGERI TAUHID


Pertanyaan :
Apakah benar kisah dibawah ini ?

-----------------------------------------------------------



بسم الله الرحمن الرحيم

Raja Abdul Aziz bin Abdullah dibunuh dalam mihrahbya

namun Daulah Utsmaniyah tidak berhenti (dengan membunuh beliau).

Daulah (negara) Utsmaniyah tidak senang dengan tersebarnya dakwah tauhid. Daulah Utsmaniyah  tidak senang akan hal ini.

Kemudian Ibrahim Basya mengirim pasukan dari Mesir menyebrangi laut Merah, kemudian ke Jeddah, Mekah, Madinah, Yanbu', kemudian pasukan berbalik ke Thaif, kemudian Utrubah, Syakra, Merraat, kemudian Riyadh kemudian sampai ke Dur'iyah (pusat Kerajaan Saudi ketika itu).

Kemudian pasukan Ibrahim Basya mengepung Dur'iyah dan penduduknya selama 6 bulan lamaya.

Kita tidak memiliki minyak bumi (ketika itu), kita pun tidak memiliki kekayaan dan emas sehingga menjadi sebuah alasan baginya untuk mengejar kita.
Mereka melakukannya hanya dikarenakan kita meyakini tauhid ini.

Seandainya Daulah Utsmaniyah mencintai tauhid dan menolong tauhid semestinya ia bergembira dengan tersebarnya dakwah tauhid ini bukan sebaliknya dengan memerangi tauhid.

Kemana kalian, wahai orang-orang yang mensponsori Daulah Utsmaniyah, orang-orang yang meratapi keruntuhannya dan berharap kembalinya Daulah Utsmaniyah. Mereka yang menggelarinya sebagai Khilafah (Islamiyah)padahal tidak ada satupun syarat khilafah ada pada Daulah (negara) Utsmaniyah.

Daulah Utsmaniyah merupakan pemerintahan (dipenuhi) dengan peribadatan kepada kuburan, tempat2 yang keramat, kesyirikan dan praktek tashawuf.

Hampir2 tidak didapati satupun tempat yang dikeramatkan di hari ini kecuali Daulah Utsmaniyah mempunyai andil akan tersebarnya hal ini dan ikut mendukungnya.

Lalu bagaimana mungkin engkau datang berharap akan kembalinya daulah ini.

Jika engkau berharap kembalinya Daulah Utsmaniyah berarti engkau berharap kembalinya kesyirikan, pengkultusan tempat2 yang dikeramatkan dan (peribadatan) kepada kuburan.
Seandainya bukan karena Allah kemudian Kerajaan Saudi yang tegak diatas manhaj salafus salih maka engkau akan tetap melihat kerusakan (aqidah) di negeri (Saudi) ini.

(Kembali). Ibrahim Basya mengepung Dur'iyah enam bulan lamanya sampai keluarlah Amir Abdullah bin Suud (pemimpin Dur'iyah), beliau berkata, wahai Ibrahim Basya, saya akan menyerahkan diriku dengan syarat engkau membebaskan penduduk Dur'iyah dari pengepungan.

Lihat, dia korbankan dirinya demi penduduk Dur'iyah, saya serahkan diriku dengan syarat berhentinya pengepungan. Ibrahim Basya menjawab, bagimu yang kamu inginkan, akan tetapi dia (Ibrahim) berkhianat, melanggar perjanjian.

Dalam riwayat lain pengepungan ini berlangsung selama setahun penuh, sampai Ibrahim Basya menjanjikan hadiah enam dolar bagi setiap orang yang (memenggal)  membawa satu kepala wahabi.

Para ahli sejarah menyebutkan (seperti penjelasannya Abu Mas'ud An Nadawi dan selain dia), telah dikumpulkan kurang lebih lima ribu kepala di hadapan Ibrahim Basya. Kepala-kepalanya ahli tauhid.

Setelah itu Ibrahim Basya masuk Dur'iyah, ia melakukan kejahatan di dalamnya.

Ia menemui Imam Sulaiman bin Abdullah penulis kitab Taisiril Azizil Hamid - kalo seandainya kita bertanya siapa penulis kitab Taisiril Azizil Hamid, hampir2 tidak seorang mampu menjawab kecuali dikehendaki Allah, namun ahli sunnah, para ulama, para pengagung tauhid mereka kenal Sulaiman bin Abdullah -, seorang pemuda diusianya 33 tahun, beliau digiring ke kuburan dalam keadaan terikat dibelenggu dengan rantai, kemudian Ibarahim Basya membawa group musik memainkan musik di tengah kuburan, tatkala musik selesai dia memerintahkan pasukan untuk meyalakan alat peledak ke arah Sulaiman bin Abdullah maka tercerailah (terlempar jauh)  potong-potongan tubuhnya  dari badannya.
Mereka hancurkan dia sehancur-hancurnya. Setelah itu Ibrahim Basya datang dalam keadaan bangga diri dengan kejahatan ini, datang menemui bapaknya Sulaiman, Abdullah sambil berbangga dia berkata dengan dialek Mesir, "kami telah membunuh anakmu wahai orang renta".

Maka Imam Abdullah (bapaknya Sulaiman) menjawab, seandainya kamu tidak membunuhnya, diapun tetap akan diwafatkan oleh Allah. Ini keyakinan terhadap ketetapan dan takdir Allah. Apa yang telah ditakdirkan menimpa kita maka tidak akan lepasDan yang tidak ditetapkan maka tidak akan menimpa kita sedikitpun.

Ini adalah keyakinan benar yang diatasnya para ulama tauhid tumbuh (terbina), semoga Allah merahmati mereka.
Kemudian mereka membawa Abdurahman bin Hasan penulis Kitab Fathul Majid Syarh Kitab Tauhid, mereka membawanya, anak2 nya dan semua keturunan Muhammad bin Abdulwahab dan keturunan Muhammad bin Suud sebagai tawanan ke Mesir, Kairo.
Al Jabarty berkata dalam sejarahnya, kemudian wanita-wanita dari tawanan ini diperjual belikan di pasar-pasar Kairo.
Ibu dijual kepada seseorang dan anak wanitanya dijual kepada lelaki yang lain.
Sedangkan sisa tawanan lainnya dibawa ke kota Iskandariyah dan dipenjara disana.

Adapun Imam Abdullah bin Su'ud, ia dan beberapa orang bersamanya dikirim ke Istanbul, ibu kota Daulah Utsmaniyah yang diratapi oleh sebagian dai (di negeri) kita dari kalangan masyaikh shahwa (ikhwanul muslimin), beliau dibawa ke Istanbul kemudian divonis dengan cara zalim, dieksekusi, dipenggal kepalanya kemudian dihancurkan dengan meriam, kemudian mereka berkonvoi dengan badannya diatas kendaraan di jalan-jalan Instanbul selama tiga hari tiga malam agar menjadi pelajaran bagi yang lain (menurut mereka).

Potongan sejarah ini.
Setetes kisah dari  lautan luas sejarah para ulama kita tidak dikenal oleh kebanyakan kita bahkan bisa jadi ini merupakan kali pertama didengar olehnya. Saya katakan, mereka (ulama) mengorbankan nyawa mereka, diri2 mereka, (setiap yang mereka miliki) yang murah dan yang berharga, demi tegaknya negara tauhid (Saudi).
Negara kita tidak dibangun dengan pemilu, parlemen2 dan ....., tidak pula dibangun diatas kursi2 yang menipu dan kotak2 suara. (Akan tetapi negara ini) dibangun diatas kepala-kepala yang terpenggal, darah-darah yang ditumpahkan dan nyawa-nyawa yang dikorbankan agar bangunan tauhid ini tegak. Bangunan yang kita dihari ini berteduh dibawah naungannya.......
Saya dan anda yang mewarisi kebaikan ini. Saya dan anda yangg telah mewarisi nikmat yang mulia ini.

🖋️🔊📚Diterjemahkan oleh : Arifin bin Ibrahim Hasyim dari Muhadharah Syaikh Muhammad Al Fiify dengan judul "ma fa'alat Daulah Utsmaniyah bi ahli Dur'iyah"
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Jawaban :

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته.

Secara umum itu benar. Ana telah membaca beberapa kitab tentang itu di Maktabah Darul Hadits Dammaj.

Daulah Utsmaniyyah yang keruntuhannya ditangisi oleh Ikhwanul Muslimin, dan sekarang diusahakan oleh mereka untuk bangkit lagi berakidah Shufiyyah Asy’ariyyah, dan memusuhi negara Tauhid (yang didirikan oleh Bani Sa'udiy dengan bantuan Al Imam Muhammad Bin Abdil Wahhab An Najdiy رحمهم الله).
Daulah Utsmaniyyah menjadikan Jami'ah Al Azhar sebagai penentang dakwah Tauhid.
Dan mereka mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Ibrahim Basya untuk membantai di Arab Saudi.
Tatkala Ibrahim Basya pulang dengan kemenangan ke Kairo, dia disambut dan dielu²kan oleh para ulama Azhar, namun dia memberikan semacam pengakuan bahwasanya ulama dan pahlawan yang sebenarnya bukan yang di Kairo, melainkan yang dia bantai di Nejed.

Cerita tentang kejahatan mereka kepada Fadhilatusy Syaikh Al Imam Sulaiman Bin Abdillah Alusy Syaikh رحمه الله juga benar.

Adapun Fadhilatusy Syaikh Al Imam Abdurrahman Bin Hasan Alusy Syaikh رحمه الله maka ana telah membaca beberapa literatur tentang biografi beliau, dan disebutkan beliau wafat setelah mendekati usia seratus tahun, namun tidak disebutkan sebabnya.
Bukan mustahil beliau juga disakiti oleh orang-orang Daulah Utsmaniyyah, hanya saja ana yang belum tahu pasti.

والله تعالى أعلم بالصواب
----------------------------
(Di Jawab oleh Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al Jawiy حفظه الله)

Ahad 3 Syawwal 1444 / 23-04-2023

Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAdDailamiy
Diberdayakan oleh Blogger.