PERTEMANAN AKAN MENUNJUKKAN KEDEKATAN HATI
PERTEMANAN AKAN MENUNJUKKAN KEDEKATAN HATI
Pertanyaan :
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام علیكم و رحمۃ الله و بركاته
Ya syaikh ada pertanyaan
1. Apakah tidak di katakan/di hukumi bermajelis dengan hizbiyyun
Seseorang duduk makan bersama hizbiyyun , atau berbincang bincang bersama hizbiyyun karena bukan di dalam majelisnya (ta'lim si hizbiy) akan tetapi di teras masjid atau di tempat parkir dan semisalnya.
2. Apa sikap kita terhadap orang yang semisal di atas ?
جزاكم الله خيرا و بارك الله فیكم
------------------------------
Jawaban dengan memohon pertolongan pada Allah ta'ala :
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته.
Tidak selalu berupa majelis ilmu. Kita diwajibkan untuk membenci dan berlepas diri dari para pengekor hawa nafsu. Kita juga diwajibkan untuk memboikot ahli ahwa, tidak mengucapkan salam kepadanya, tidak berbicara dengannya, dan justru menjauhinya.
Pertemanan akan menunjukkan kedekatan hati.
Barangsiapa diperingatkan untuk jangan berdekatan dengan ahli ahwa namun dia tetap bersikeras duduk-duduk atau berjalan-jalan bersamanya, maka dia dihukumi sama dengan orang tadi.
Yahya bin Sa’id Al Qaththan رحمه الله berkata: "Ketika Sufyan Ats Tsauriy tiba di Bashrah beliau mulai memperhatikan keadaan Ar Rabi' –yaitu Ibnu Shubaih- dan kedudukannya di mata masyarakat. Beliau bertanya, "Apa madzhabnya?" Mereka menjawab, "Tiada madzhabnya kecuali as Sunnah." Beliau bertanya, "Siapa teman dekat di sekelilingnya?" Mereka berkata, "Qadariyyah (pengingkar taqdir)" Beliau berkata, "Berarti dia qadari." (“Al Ibanah”/Ibnu Baththah/2/453/no. 426/sanadnya hasan).
Mu'adz bin Mu'adz رحمه الله berkata: Aku berkata pada Yahya bin Sa'id: “Wahai Abu Sa'id, seseorang itu walaupun dia menyembunyikan pendapatnya, tak akan tersembunyi pada anaknya, teman dekatnya dan teman duduknya." (“Al Ibanah”/Ibnu Baththah/2/474/no. 514/dengan sanad yang shahih).
Muhammad bin Ubaid Al Ghulabi رحمه الله berkata: Dulu dikatakan: "Para pengekor hawa nafsu saling menyembunyikan segala sesuatu kecuali keakraban dan persahabatan.” (“Al Ibanah”/Ibnu Baththah/2/479/no. 515/atsar ini minimal hasan).
Al Imam Abu Dawud As Sijistaniy رحمه الله berkata: “Aku katakan pada Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal: Saya melihat seseorang dari Ahlussunnah sedang bersamaan dengan seseorang dari ahlul bid’ah, apakah saya boleh memboikotnya? Beliau menjawab: “Jangan. Kenapa engkau tidak memberitahunya bahwasanya orang yang engkau lihat dia bersamanya adalah ahlul bid’ah? Jika dia mau meninggalkan pembicaraan dengannya maka ajaklah dia bicara. Tapi jika dia membangkang maka gabungkanlah dirinya dengan orang tadi. Ibnu Mas’ud berkata: “Seseorang itu sesuai dengan teman dekatnya.” (“Thobaqotul Hanabilah” /1/170/Darul Ma’rifah) (Atsar Shohih, diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ya’la رحمه الله lihat takhrijnya di risalah asli “Shifatul Haddadiyyah”).
Al Imam Al Barbahariy رحمه الله berkata: “Jika engkau melihat orang duduk bersama ahlul ahwa maka peringatkanlah dirinya dan beritahulah dirinya. Jika dia duduk bersamanya lagi setelah dia tahu, maka hindarilah dirinya karena sesungguhnya dia itu adalah pengekor hawa nafsu.” (“Syarhus Sunnah”/hal. 44/Darul Atsar).
والله تعالى أعلم بالصواب.
----------------------------
(Di Jawab oleh Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al Jawiy حفظه الله)
Senin 25 Syawwal 1444 / 15-05-2023
Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAdDailamiy