Tentang perilaku Abu Ahmad Shahir Al Maliziy
Surat dari seorang ikhwah tentang perilaku Abu Ahmad Shahir Al Maliziy :
"shahir dari dulu mmg ikut ucapan masyayikh saja... dia akan utamakan ucapan masyayikh yang paling terpercaya... contoh isu pentabdian abu hazim... shahir lebih yakin dgn utusan syeikh yahya... dan terakhir yg buat dia paling yakin urusan tabdi ni hanya blh diuruskan oleh para ulama yg benar2 ahlinya di saat syeikh yusuf jazair datang ke indonesia... disini dia beralih arah berkeyakinan bahawa urusan tabdi ni tak blh dibuka lebar, ... harus diserahkan pada ulama2 kibar ttg ini berdasarkan pengamatan mereka... klu tidak orang akan bermudah2an dlm mentabdi seseorang... dia tak menafikan keilmuan syeikh abu fairuz dan hujjah syeikh abu fairuz terhadap abu hazim.. mungkin dia maksudkan ustaz siddiq dalam hal ini dalam mentabdi... klu syeikh abu fairuz dia kata syeikh sepertinya ada hujah sendiri...
tapi pada dia... utk mengamalkan firman Allah tentang utk menenangkan hati... dia pegang hujjah para masyayaikh dlm bab tabdi... sbb syeikh yusuf aljazair ahli bab jarh ini... tapi dlm kes abu hazim dia (Syaikh Yusuf) pun tak berani untuk tabdi abu hazim. mungkin pandangan dia blm sampai tahap kena tabdi lagi... cuma dia sepakat TN muhdats... bab tabdi saja dia benar2 ikut ulama yaman... Allahu 'alam..."
(Selesai).
---------------------------
JAWABAN ABU FAIRUZ وفقه الله :
Shahir Al Maliziy هداه الله telah nyata² menampilkan dukungan pada mertuanya (Dzulhizam Al Bahangiy Al Maliziy, yang terbukti mengobarkan api fitnah di Malaysia, dengan panah-panah tuduhan palsunya. Silakan merujuk tujuh rekaman bantahan Abu Fairuz وفقه الله), tanpa mampu meruntuhkan hujjah dengan hujjah.
Dari sisi lain:
Shahir dan para ahli taqlid tidak mau merenungkan kekuatan hujjah masing-masing pihak untuk mencari manakah hujjah yang terkuat. Namun mereka hanyalah berputar pada sikap mengekor pada tokoh besar. Jika tokoh besar menetapkan sesuatu maka mereka akan turut menetapkannya. Dan jika tokoh besar tidak menetap sesuatu maka mereka turut untuk tidak menetapkannya.
Bukannya merenungkan hujjah secara terperinci, namun sekedar mengekor dan menghias²i pengekoran tadi dengan kata² yang nampak indah. Mereka tidak selamat dari sikap merendahkan para pembawa hujjah, dengan menganggap bahwasanya para pembawa hujjah tadi tidak punya kekuatan tahqiq yang mampu menentramkan hati para ahli taqlid.
Al Imam Asy Syathibiy رحمه الله berkata tentang ahli taqlid: “Dan mereka menggugurkan pemeriksaan dan pencarian terhadap ucapan-ucapan ulama Mutaqaddimin sama sekali di dalam masalah tadi, karena berbaik sangka kepada para tokoh (Mutaakhkhirin), dan mencurigai ilmu (yang benar), sehingga sikap tadi menjadi bid’ah yang terus berjalan.” (“Al I’tisham”/ hal. 539).
Al Imam Asy Syathibiy رحمه الله berkata: “Amalan orang alim telah menjadi hujjah menurut orang awwam, sebagaimana ucapan orang alim juga dijadikannya sebagai hujjah yang mutlak dan menyeluruh dalam fatwa. Maka berkumpullah pada orang awwam ini amalan yang disertai keyakinan akan bolehnya perbuatan itu dengan adanya syubhah (kekaburan) dalil. Dan ini benar-benar merupakan kebid’ahan itu sendiri.” (“Al I’tisham”/1/hal. 364).
Pintu tobat masih terbuka, terutama untuk orang yang menghormati pendalilan, dan tidak dibutakan oleh fanatisme senioritas.
والله تعالى أعلم بالصواب.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
(Dijawab Oleh : Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy Hafidzahullah )
Jum'at 23 Ramadhan 1444 / 14-04-2023
Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAdDailamiy