Header Ads

TERUS MENERUS SI SHAHIR BERUSAHA MENGADU DOMBA SYAIKH ABU FAIRUZ DENGAN MASYAIKH, DAN BERUSAHA MENGAJAK IBUNYA TERSESAT BERSAMANYA DARI MANHAJ SALAF BERTAMENGKAN SLOGAN "BERSAMA ULAMA"

TERUS MENERUS SI SHAHIR BERUSAHA MENGADU DOMBA SYAIKH ABU FAIRUZ DENGAN MASYAIKH, DAN BERUSAHA MENGAJAK IBUNYA TERSESAT BERSAMANYA DARI MANHAJ SALAF BERTAMENGKAN  SLOGAN "BERSAMA ULAMA"


Pertanyaan :

Tulisan Wan shahir terbaru, mengadu domba lagi ke masyaikh, dengan alasan bapak dia  tidak membolehkan dia berkunjung ke ibunya. Orang² yang tidak paham manhaj dan mengedepankan perasaan dan akal akan tertipu dengan cara² licik seperti ini. Bagaimana tanggapanya ?
----------------------------------------

Si pengekor hawa nafsu tadi benar-benar sedang gencar mengincar ibunya untuk berusaha menggoncangkannya. Kesabaran yang besar memang sangat diperlukan di dalam:

  1. Mengutamakan Allah ta'ala dan Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم di atas keluarga,
  2. Mengutamakan dalil wahyu di atas doktrin ra'yu,
  3. Mengutamakan atsar Salaf di atas istihsan Khalaf,
  4. Mengutamakan Al Al Wala Wal Baro fillahi ta'ala.

Allah ta'ala berfirman:
لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ ۖ

"Tidaklah engkau akan mendapati suatu kaum yang beriman pada Allah dan hari Akhir itu saling mencintai dengan orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, meskipun mereka itu ayah mereka, atau anak mereka, atau saudara mereka, atau kerabat mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah Allah tetapkan keimanan ke dalam hati mereka, dan Allah perkuat mereka dengan pertolongan dari-Nya]." (QS. Al Mujadilah: 22).

Syaikhul Islam رحمه الله berkata: “Dan terkadang seseorang mencintai mereka (para penentang Allah –pen)  karena kekerabatan atau karena suatu hajat, sehingga jadilah kecintaan tadi suatu dosa yang mengurangi keimanan dan tidak sampai menyebabkan pelakunya itu kafir.” (“Majmu’ul Fatawa”/7/hal. 522-523).

Taqiyyuddin Abu Bakr Bin Muhammad Ad Dimasyqiy Asy Syafi’iy رحمه الله berkata: “Maka sungguh Allah ta’ala telah meniadakan didapatkannya orang yang beriman. Maka yang demikian tadi menunjukkan bahwasanya orang yang saling cinta dengan mereka bukanlah orang yang beriman. Dan  sebagian ulama telah menjadikan ayat tadi juga berlaku kepada masalah kecintaan kaum Muslimin kepada orang-orang fasik, makanya duduk-duduk dengan orang-orang fasik sebagai bentuk keakraban itu diharamkan. Ar Rafi’iy dan An Nawawiy telah terang-terangan menyebutkan yang demikian tadi di dalam kitab “Asy Syahadat”.” (“Kifayatul Akhyar Fi Hilli Ghayatil Ikhtidhar”/2/hal. 71).

Orang yang melemahkan tahdzir dan tabdi' terhadap orang yang menyelisihi jalan dakwah Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dan para Salaf setelah ditegakkannya hujjah; maka orang tadi layak dikatakan menentang Allah ta'ala dan Rasul-Nya, sekalipun kadar penentangan tadi bertingkat², sekalipun orangnya masih sholat, berpuasa dan bersyahadat.

Dan sama saja:

pelaku penyelisihan terhadap Nabi tadi adalah orang lain atau keluarga sendiri.

Dari Abdullah Bin Umar: bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:  “Janganlah sekali-kali seorang lelaki melarang istrinya mendatangi masjid-masjid.” Maka salah seorang dari anak Abdullah Bin Umar berkata: “Maka sungguh kami benar- benar akan melarang mereka.” Maka Abdullah berkata: “Aku mengabarkan kepadamu dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan engkau berkata demikian?” Mujahid berkata: “Maka Abdullah tidak mengajaknya bicara sampai wafat.” (HR. Al Imam Ahmad dalam “Musnad” beliau no. (4933/cet. Ar Risalah). 

Dan Sa'id bin Jubar berkata :
"Bahwasanya seorang kerabat dari Abdullah bin Mughaffal  رضي الله عنه bermain khadzf (melemparkan batu di antara dua jari. Maka beliau melarangnya dan berkata, "Sesungguhnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم melarang bermain Khadz (melemparkan batu di antara dua jari), dan bersabda: Sesungguhnya dia itu tidak bisa memburu buruan dan tak bisa untuk membunuh musuh." Tapi ternyata dia mengulanginya lagi.
Maka beliau berkata:" Kusampaikan hadits buatmu bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم melarangnya, ternyata engkau kemudian main ketapel lagi? Aku tak akan berbicara denganmu selamanya!." (HR. Al Bukhariy (5479) dan Muslim (1954)).

Inilah dia yang benar.

Dan di atas yang demikian inilah para imam berjalan, dari generasi ke generasi. 

Al Imam Ibnu Muflih Al Hanbaliy رحمه الله berkata: “Dan Al Qadhiy Abul Husain berkata di dalam kitab “At Tamam: “Tiada perbedaan riwayat tentang wajibnya memboikot ahli bid’ah dan orang-orang fasik di dalam agama ini.”

Al Qadhiy juga berkata di dalam kitab “Al Adab”: “Beliau (Al Imam Ahmad Bin Hanbal –pen) menyebutkannya secara mutlak sebagaimana yang anda lihat. Dan zhahirnya adalah tiada perbedaan antara orang yang terang-terangan dan orang yang lainnya (yang tidak terang-terangan –pen), tentang mubtadi’ dan orang fasik.”

Al Qadhiy juga berkata di dalam kitab “Al Amru Bil Ma’ruf”: “Tiada perbedaan antar sanak kerabat dan orang asing, jika (pelanggarannya tadi –pen) terkait dengan hak  Allah. Namun jika terkait dengan hak manusia, seperti: menuduh berzina, mencaci, menggunjing; jika pelakunya adalah dari sanak kerabatnya maka tidak boleh dia memboikotnya. Namun jika pelakunya adalah orang lain, apakah boleh dia diboikot? Ada dua riwayat (dari Al Imam Ahmad –pen). Anak si Qadhiy, yaitu: Abul Husain berkata di dalam kitab “Al Adab”: “Pendapat mayoritas dari sahabat kami (para Hanabilah –pen) menuntut tidak adanya perbedaan, dan itulah yang jelas dari ucapan Al Imam Ahmad di beberapa tempat, dan itu lebih utama.” Selesai. Saya –Ibnu Muflih- berkata: Dan itulah yang benar.”
(Selesai dari “Al Furu’”/Ibnu Muflih/3/hal. 264).

Kesetiaan pada Allah ta'ala dan mengikuti Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم memang sangat memerlukan kesabaran.

Allah ta'ala berfirman :
{ وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا ۖ ﴾
[ الطور: 48].

"Dan bersabarlah engkau untuk menjalankan hukum Rabbmu, karena sungguh engkau berada di dalam pengawasan mata Kami."

Ana kali ini sedang menyibukkan diri dengan tulisan tentang musibah Palestina, daripada menoleh kepada syubuhat si Shahir pengekor hawa nafsu tadi.

حسبنا الله ونعم الوكيل.
والحمد لله رب العالمين.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

(Dijawab Oleh : Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy Hafidzahullah)

Sabtu, 6 Rabi'ul Akhir 1445 / 21-10-2023

Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAdDailamiy

Diberdayakan oleh Blogger.