Header Ads

NASIHAT, TERKADANG LEMBUT, TERKADANG KERAS

NASIHAT, TERKADANG LEMBUT, TERKADANG KERAS


Pertanyaan:

"Salah satu adab menasehati adalah : *Gunakan kata-kata yang baik dan lemah lembut* bukan dgn cara menghina, mencela atau bahkan memvonis.

Nabi Musa dan Nabi Harun ketika akan memberi nasehat kepada Fir’aun, Allah berfirman:

فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ

“Hendaknya kalian berdua ucapkan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan ia akan ingat atau takut kepada Allah” (QS. Thaha: 44).

Padahal Fir’aun jelas kekafirannya dan kezalimannya. Bahkan ia mengatakan: “Aku adalah Tuhan kalian yang Maha Tinggi”. Namun tetap diperintahkan untuk memberi nasehat yang lemah lembut. Apa lagi jika yang dinasehati adalah seorang Ahlussunah."

Apakah ini shohih ya Syaikh?
----------------------

Jawaban dengan memohon pertolongan pada Allah ta'ala:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته.

Bersikap tengah itulah yang betul. Asal dari nasihat dan dakwah adalah dengan kelembutan.

Namun terkadang metode keras diperlukan karena suatu hikmah.

Dengan itulah dalil² terkumpulkan.
Kita in sya Allah bukan pengekor hawa nafsu: mengambil sebagian dalil dan membelakangi dalil yang lain.

Tafadhdhol memperhatikan dalil² dan penjelasan di dalam kitab "Amalan Ahli Iman di Bulan Ramadan dan di Sepanjang Zaman"

Hal. 77-84

والله أعلم بالصواب.
والحمد لله رب العالمين.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

( Dijawab Oleh : Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy Hafidzahullah )

Ahad, 4 Jumadil Akhir 1445 / 17-12-2023

Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAdDailamiy
Diberdayakan oleh Blogger.