Kajian Tafsir Quran (Al-Fatihah) #Lanjutan 7
Sumber Channel Telegram: tafsirquran_abufairuz
Berkata Imam Ibnu Katsir rohimahullah, dan berkata Hafidh Abu Bakr Ibnu Bazzar rohimahullah haddasana Ibrohim Ibnu Said al-Jauhari, dan berkata haddasana Ghossan Ibnu Ubaid (ini dhoif), dari Ibni Imron, dari Anas, Rosululloh sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “apabila engkau meletakkan sisi badanmu ke pembaringan atau tilam, tempat tidur dan engkau membaca Fathihatul Kitab dan “kul huallahu ahad” maka sungguh engkau telah aman dari segala sesuatu kecuali kematian”. Sisi pendalilan yg disebutkan adalah Fathihatul Kitab. Tapi hadith ini dhoif kerana ada Ghossan bin Ubaid. Disebutkan di dlm catatan kaki, dia ditsiqohkan oleh Ibnu Hibban tapi dia ini adalah dhoif, Ghossan bin Ubaid.
Perbahasan tentang Perbicaraan tentang Tafsir Isti’azah (memohon perlindungan).
Firman Allah taala: “Berikanlah pemaafan dan perintahkan kpd yg maaruf dan berpalinglah dari org2 jahil”. (Ini adalah cara bergaul dgn manusia). “Dan apabila setan menimpakan suatu bisikan atau suatu was-wasah (bisikan lagi), nasghun (suatu godaan atau bisikan) kepadamu maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Ini cara bergaul dgn jin).
Jadi utk yg manusia, org2 yg jahat masih mungkin utk kita berbuat baik kepadanya, membuat perdamaian dan kemudian dia jadi teman dekat, tapi kalau setan dari kalangan jin, maka tidak ada cara utk yg semacam itu, kerana mereka tidak mungkin mahu berdamai dgn kita. Mereka cuma ingin mengajak kita ke dlm neraka.
Firman Allah lagi: “tolaklah keburukan dgn cara yg paling bagus. Kami lebih tahu ttg apa yg mereka sifatkan pada dirimu. (wp mereka mencela, mencaci maki dsb tp tolak itu dgn cara yg paling bagus. Adapun utk serangan setan dari kalangan jin maka tidak ada cara yg terbaik, iaitu tidak ada cara utk kita buat bagus2 dgn mereka. Tinggal ita minta perlindungan pada Allah). “Dan katakanlah, wahai Robbku, saya berlindung kepadaMu dari godaan2 setan, dan saya berlindung kepadaMu dari dari Robbku, dari kehadiran mereka.”
Firman Allah lagi: “tolaklah dgn cara yg palling bagus maka tiba2 saja org yg antara dirimu dgn dirinya ada permusuhan berubah seakan2 dia itu menjadi penolong yg sgt dekat. Langsung dia simpati kpd kita dan jadi baik”. (Itu kalau dari kalangan manusia. Kalau dari kalangan setan dan jin memang lain). “Tidak ada yg mendapatkan ini kecuali org2 yg sabar dan tidak ada yg mendapatkan ini kecuali org2 yg memiliki bahgian yg besar dan agung dari pahala dan karunia. Dan apabila ada godaan dari setan kepadamu, maka mohonlah perlindungan kpd Allah. Sesungguhnya dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Berkata Imam Ibnu Katsir rohimahullah, ini adalah 3 ayat yg sifatnya tidak ada ayat yg ke-4 yg semakna dgn ini. Apa makna yg diinginkan? Iaitu Allah memerintahkan para hamba utk memperlakukan musuh dari kalangan manusia berbuat mosona’ah (kebaikan2) wp hati kita marah dan benci ttp utk kemaslahatan yg lebih besar, kita berbuat baik kpd dia dan kita bergaya tidak ada permusuhan sama sekali. Ini diistilahkan oleh Imam as-Syafi’e adalah at-thaghoful (sudah kita anggap dia tidak punya salah apa2, kita lalaikan itu). Ini utk beberapa perkara. Dan berbuat baik kpdnya agar karekter org ini baik ini yg asli itu menolak dari kejahatan musuh dari kalangan manusia tadi menuju kea rah saling cinta, saling jernih agar hubungan tetap jernih. Kerana kalua setiap lemparan batu itu kita balas, maka akan jadi perang batu betul2. Tp kadang2 org tidak perlu dilayani kalua batu yg dia lemparkan. Kecuali kalua berkali2, itu memang perlu ditolk dgn semisal. Tp secara umum diusahakan pakai cara yg terbaik dulu.
Dan Allah memerintahkan utk memohon perlindungan kpd diriNya dari musuh dari kalangan setan. Tidak ada acara lain, tidak ada cara utk menghindar kerana musuh dari kalangan setan (jin) dia tidak akan menerima musona’a iaitu perdamaian ataupun perbuatan baik dan dia tidak menginginkan kecuali kebinasaan kpd anak Adam. Maka tidak mungkin kita berdamai dgn pola yg semacam ini. Kadang2 setan dari kalangan manusia (sudah sampai tahap setan) tidak ad acara lain kecuali memang dia harus ditangkap dan dipenjara, bukan diajak damai; kerana kerasnya permusuhan pada dirinya dgn ayah manusia ini iaitu Adam sebelum ini. Sebagaimana firman Allah taala: “Wahai Bani Adam! Jangan sampai setan itu menggoda atau menggelincirkan dirimu sebagaimana dia telah mengeluarkan ayah ibumu dari syurga. Sesungguhnya setan adalah musuh utk kalian, maka jadikan dia sebagai musuh. Hanyalah dia itu mengajak para pengikutnya agar mereka menjadi penghuni neraka Sa’ir (neraka yg apinya menyala2 itu, berkobar). Ini mmg tidak boleh diajak damai kalau jenis seperti ini, kerana dia memang sangat hakut (pendendam). Kalau manusia itu saja sudah buruk kalau dikatakan dia diajak utk berdamai, ia adalah kompensasi, nggak ada. Kita akan balas dendam sampai 7 keturunan. Itu saja buruk, tidak layak spt itu. Kalau setan, bukan dendam 7 keturunan, sampai masuk neraka sama2. Baru di situ dia akan berhenti. Ini adalah setan. Maka yg seperti ini tidak mungkin berdamai dgn makhluk yg seperti itu. Firman Allah lagi : “Maka apakah kalian wahai manusia akan menjadikan setan dan keturunan2 dia (iblis dan keturuan2 dia) itu sebagai wali2 selain diriKu (sebagai pelindung, penolong dan pemimpin selain diriKu), sementara mereka adalah musuh bagi kalian? Buruk sekali pengganti bagi org2 yg zalim.”
Kemudian Imam Ibnu Katsir mengatakan: sungguh dulu Iblis telah bersumpah kpd Adam bahawasanya dia termasuk dari kalangan penasihat dan ternyata dia dusta (pengkhianat). Maka bagaimana cara bergaul dia dgn kita, kalau dgn nabi Adam saja (yg tidak berbuat salah dan juga maksum dari melakukan kezaliman2 terhadap Iblis. Itu saja dia ternyata sejahat itu kpd nabi Adam. Bagaimana dgn org macam kita yg tidak maksum, yg ada saja faktor2 kesalahan, kekurangan dan seterusnya. Bagaimana mereka akan damai dgn kita? Sementara Iblis telah berkata: “Maka demi keperkasaanMu ya Allah, pasti aku akan menyesatkan mrk semuanya, kecuali para hambaMu dari kalangan mrk yg dibersihkan (mukhlasin), yg dibebaskan. Kenapa dibebaskan? Kerana mrk mukhlisin (mereka memurnikan ibadah dan ketaatan hanya kpd Allah sehingga balasannya adalah Allah akan membebaskan mereka dari tipudaya dan penguasaan setan. Dan Firman Allah taala: “apabila engkau ingin membaca al-Qur’an maka mohonlah perlindungan kpd Allah dari setan yg terkutuk. Sesungguhnya setan itu tidak punya kekuasaan terhadap org2 yg beriman dan bertawakkal kpd Robb mereka.”Setan itu hanyalah berkuasa terhadap org2 yg taat dan setia kpd dirinya dan yg mana mrk itu berbuat syirik kpd setan. Sekelompok quro’ (para ahli qiro’ah) dan selain mrk berkata: kita isti’azahnya adalah setelah qiro’ah (membaca’a’uzubillah setelah selesai membaca al-Qur’an). Ini pendapat pertama dan tentunya ini tidak sesuai dgn ajaran Rosululloh sallallahu ‘alaihi wasallam, dan tidak sesuai dgn hikmah dari ini. Mereka bertopang kpd zahir dari alur ayat itu. Alasannya adalah utk menolak sikap ujub merasa kagum setelah selesai dari ibadah. Wp jelas pendapat ke2 itu lebih kuat, isti’azahnya itu umum, terkait dgn sewaktu membaca dan terkait dgn faktor2 godaan setelah membaca. Termasuk yg berpendapat demikian adalah Hamzah, dari yg disebutkan oleh Ibnu Qoluqo (Abdul Rahman bin Qoluqo al-Qufi), dan Abu Hatim as-Sijistani (ahli bahasa) dalam kitab al-Ibadatul-Kamil. Diriwayatkan dari Abi Hurairah juga tapi sanad ini sgt asing.
Qurthubi meriwayatkan dari guru dia al-‘Arobi dan dari sekelompok ulama, menukilkan dari Malik, Sesungguhnya sang qori itu membaca isti’azah setelah al-Fatihah. A-‘Arobi mengangggap asing riwayat dari Imam Malik ini. Dia menukilkan pendapat yg ke3 dari Malik: isti’azah sebelum membaca dan setelah membaca utk menggabungkan 2 dalil. Yg terkenal dan yg menjadi pendapat jumhur isti’azah adalah utk menolak bisikan2 di dlm qiro’ah. Itu hanya terjadinya sebelum tilawah. Iya, sebelum setan dtg mengganggu, kita isti’azah dulu. Jgn qiroah kita dihancur2kan selesai itu baru isti’azah. Tidak berfaedah ini. Makna ayat menurut mereka adalah: apabila engkau menginginkan membaca, sebagaimana firman Allah (kerana ayat2 Allah saling menerangkan, spt pola dlm masalah wudhu’: apabila engkau berdiri menuju solat, maka cucilah wajah kalian dan tangan2 kalian) Jika engkau ingin berdiri utk solat. Dan sememangnya setan ini sering mengganggu bacaan kita, sebagaimana firman Allah taala: “tidaklah Kami utus sebelummu dari kalangan para nabi atau rasul kecuali jika dia mmbaca, maka setan akan melemparkan gangguan di dlm qiro’ahnya tadi. Menunjukkan isti’azahnya adalah sebelum itu agar selamat dari lemparan2 gangguan dari setan tadi. Dan dalil dari masalah ini, isti’azahnya adalah sebelum qiro’ah adalah hadith2 yg dtg dari Rosululloh sallallahu ‘alaihi wasallam.
Kelanjutannya besok, insya Allah. Wallahu’alam.