Kajian Kitab Terbitnya Dua Bulan Purnama (Iman itu tasduq)
Tarikh : 9 Rabiul Thani 1443 Ahad bersamaan 14/11/2021 Masehi
Wajib Nabi Khidir mengikuti syariat Nabi Muhammad.
Membantah bahawa Nabi Khidir masih hidup.
Iman itu tasduq
Kita masih di muka surah 48 ini ya. Catatan kaki dari Aslus sunnah wa iqotuddin. Ini kalam siapakah? Kalam Sheikhul Islam rahimahullah. Masih membahas masalah ikrar bahwasanya lafadz ikrar pengakuan ini mengandung iltizam yaitu kesetiaan, komitmen terhadap amalan-amalan. Kemudian sesungguhnya ikrar itu memiliki 2 bentuk.
Yg pertama pengkabaran pemberitaan. Dan ikhbar, dari sisi ini pembenaran, persaksian, dan yang seperti itu. Dan memang inilah keimanan. Dan inilah makna ikrar pengakuan yg disebutkan oleh para fuqoha dalam kitabul ikrar, seringnya terkait dgn masalah mahkamah, pengakuan, di pengadilan.
Makna ikrar yang kedua yaitu menampilkan kesetiaan atau ketekunan atau komitmen.
Seperti firman Allah taala, apakah kalian wahai para nabi mengakui ini? Dan kalian mengambil beban yg besar atas yg demikian itu, yaitu kalian siap untuk setia kpd ajaran Muhammad sallallahu alaihi wasallam apabila kalian menjumpai zaman Muhammad? Maka para nabi mengatakan, kami mengakui itu, yaitu kami siap utk setia, utk tekun, mengikuti agama Muhammad.
Lalu Allah berfirman kpd para nabi, Maka persaksikanlah oleh kalian dan aku menyertaikan kàlian, termasuk dari para pemberi persaksian.
Para ulama menjadikan ini sebagai dalil ttg wajibnya Nabi Khidir seandainya beliau masih hidup utk ikut syariat Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam. Karena setiap Nabi mmg diambil perjanjian yg sebesar ini.
Tidak seperti ajaran Sufi yg memang nauzubillah. Sejak awal sampai akhir mmgg seakan-akan ingin memiliki syariat sendiri. Tapi kalau Maulid Nabi, ikut Maulid Nabi Muhammad pula, walaupun nabi pun tidak menyuruh itu. Tapi kmdnn sering mengatakan, oh saya jumpa Nabi Khidir di tempat sampah sana menyuruh amalan ini, amalan itu ada ijazahnya juga katanya, nauzubillah. Ujung-ujungnya adalah menyelisihi ajaran Nabi Muhammad, cukup dgn Nabi Khidir.
Tapi selalu mengatakan apa? Mengharapkan syafaat nabi Muhammad, ini tak adil seperti itu.
Dan dia ini, di sini, dalam makna yang kedua, bukan semata-mata pengkhabaran. Karena Allah subhanahu di dalam lafaz sebelumnya telah menyatakan, dan ingatlah tatkala Allah mengambil perjanjian yang teguh dari para nabi. Lamnya di sini adalah di sini adalah lam taukid, ma nya disini adalah ma silah, yaitu benar2 aku telah memberikan kepada kalian dari kitab suci dan hikmah. Setiap nabi memiliki kitab suci dan memiliki sunah. Tapi ternyata tetap ajaran Nabi Muhammad itu menghapus ajaran mereka atau menyetujui setakat yang ada, tentunya, yg ada dalam syariat Nabi Muhammad.
Lalu datang kepada kalian seorang rasul yg membenarkan apa yg bersama kalian. Membenarkan kitab dan sunah yg mereka miliki, tapi tetap pembenaran tadi tidak menunjukkan syariat mereka masih berlaku.
Kalian benar-benar akan beriman kepada nabi yg ini, dan benar-benar. akan menolongnya.
Lalu Allah berfirman lagi, apakah kalian mengakui ini? Dan kalian mengambil atas persaksian ini, perjanjian teguh dari-Ku, lalu mereka mengatakan, iya, kami mengakui itu, yaitu siap untuk setia.
Dan dalil ini juga disebutkan oleh para ulama yang membantah Nabi Khidir masih hidup. Kenapa? Seandainya beliau masih hidup? Niscaya, beliau juga wajib menolong nabi di Perang Badar terutama lagi dlm Perang Uhud yang sangat susah itu dan situasi-situasi yang lain. Baik, tapi kenapa di dalam sejarah ternyata Nabi Khidir tidak ada di dlm pasukan Perang Badar, dlm pasukan Perang Uhud, tidak disebutkan dari kalangan Muhajirin, tak disebutkan dlm kalangan Ansar atau dari kalangan misalkan apa? Yg mengikuti mereka dgn baik dari kalangan orang-orang yang masuk Islam, dari para sahabat itu dan seterusnya.
Padahal agama ini dibangun di atas sanad yang sahih, penukilan yang sahih. Tapi tak ada Nabi Khidzir di situ. Sahabat sahabiyat saja tertulis data-datanya.
Bagaimana Nabi Khidir tidak disebutkan, Seandainya beliau ada, niscaya beliau nombor satu itu, tetap nabi, derajatnya lebih tinggi daripada Siddiqun, ternyata takada. Menunjukkan beliau sudah wafat.**
Tayib. Kemudian, kesetiaan tadi dan komitmen tadi adalah isinya apa?
Untuk beriman dan menolong rasul tersebut. Demikian pula lafaz iman, di dalamnya ada pemberitaan, juga ada insya yaitu menampilkan kesetiaan komitmen, ketekunan, ini maknanya berdekatannya. Berbeza dengan lafaz pembenaran semata. Orang yang mengabarkan kepada orang lain tentang suatu berita, tidak mengandungi ketenteraman atau kepercayaan kepada apa yang dia kabarkan. Sekitar cerita, "oh di sana ada gempa bumi. Betulkah? Saya pun tak tahu, saya cuma kasih tahu saja." Ah itu, itu namanya adalah apa? Adalah tasdik, yaitu sekedar membenarkan. Tetapi tidak menunjukkan, dia sendiri merasa tenteram dengan berita itu.
Tidak dikatakan dalam tasdik yang seperti itu. bahwasanya dia percaya kepada berita tersebut. Beriman kepada berita itu. Berbeza dengan berita yang mengandungi ketentraman kepada apa yang dikabarkan. itu. Ah itu baru dikatakan keimanan. Sekarang orang yang memberikan khabar terkadang beritanya itu mengandungi ketaatan orang yang mendengar kepadanya, terkadang juga tidak mengandungi kecuali semata-mata ketenteraman kepada kejujuran orang tadi. Memang ini bahasanya agak mendalam tapi intinya tasdik itu tidak sekuat ikrar untuk menjelaskan apa makna iman.
Kemudian apabila berita tadi tidak mengandungi ketaatan orang yang mendengar, maka si pendengarnya itu tidak dikatakan sebagai orang yang mukmin terhadap isi berita tadi. Kecuali dengan cara dia setia untuk taat kepada-Nya disertai dengan pembenaran kepadanya. Pembenaran semata tak cukup. Tetap apa? Setia pada ketaatan.
Bahkan lafad kekufuran yang berhadapan dengan keimanan, itu telah dipergunakan untuk menunjukkan intina yaitu ketidakmauan untuk taat, yaitu orang tidak mau taat. Nah, ini dikatakan apa? Kufur, kufur toah. Tidak mau patuh, sebagaimana iblis, iblis dikatakan kana minal kafirin, padahal dia membenarkan Allah. Tetapi apa? Dia tidak mau taat kepada Allah dan tidak mau patuh pada Allah. Walaupun dia membenarkan, ini menunjukkan tasdik itu tidak selalu berupa keimanan. Tapi ikrar itu lebih dekat pada keimanan. Kiasnya adalah justru lafaz iman itu yang dipergunakan seperti dipakainya lafaz ikrar, untuk kesetiaan pada ketaatan dan kepatuhan. Alhamdulillah disebutkan di sini.. karena Allah memerintahkan iblis untuk bersujud kepada Adam, lalu dia enggan dan dia menyombongkan diri maka jadilah dia termasuk dari orang-orang kafir. Selesai dari Majmul Fatawa. Ini baru pembahasan secara lughowi iman itu apa? Untuk melengkapi apa yang dikatakan oleh Ibnu Manzur Arab bahwasanya iman itu tasdiq seperti juga dikatakan oleh kebanyakan pensyarah. iman. Cara bahasa adalah tasdik. Ah dikritik oleh Sheikhul Islam, secara lughoh pun tidak, tidak betul itu, tidak betul.
Ah ini menunjukkan ahlussunah, ulamanya itu ilmunya sangat mendalam hatta dalam masalah lughoh.
Kemudian, yang berikut ini adalah definisi iman syari menurut ahlusdunah waljamaah dan itulah yang benar.
Bahwasanya keimanan itu mencakupi ucapan dan perbuatan. Makanya secara bahasa tadi pun isyaratnya sudah ke situ. Keimanan itu mengandungi apa tadi? Kesetiaan, untuk ketaatan dan kepatuhan. Ucapan dan amalan di dalam hati, di dalam lisan, dan di dalam anggota badan. Bertambah dengan sebab ketaatan, berkurang dengan sebab kemaksiatan.
Iman itu ucapan amalan, dan niat. Ini isyarat pada tiga tempat adanya amalan itu ya. Hati, lisan, dan anggota badan. Mungkin bertambah dan mungkin berkurang.. bertambah dengan ketaatan, berkurang dengan kemaksiatan.
Ucapan, tidak boleh dipandang kecuali dengan amalan. Ucapan dan amalan itu tidak terpandang, tidak boleh diterima kecuali dengan niat. Dan tidak boleh diterima ucapan, amalan. niat kecuali dengan kesesuaian dia terhadap sunah, sunah nabi sallallahu alaihi wasallam. Selesai dari Syarhus Sunnah punya Imam Ats Tsauri.
Sumber Channel Telegram: طلوع البحرين