CONTOH MATERI KHUTBAH (Khutbah Kedua Puluh Tujuh: Peringatan Dari Mencukur Jenggot)
CONTOH MATERI KHUTBAH
---------------------------------------------------
Untuk pemesanan Kitab klik gambar |
Khutbah Kedua Puluh Tujuh: Peringatan Dari Mencukur Jenggot
الحمد لله الذي من علينا بالنبي الكريم ، وهدانا به إلى الصراط المستقيم، واستنقذنا به من طرق الجحيم ، وأشهد أن لا إله إلا الله الرب الرحيم، الملك الجواد الكريم ، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الذي هو بالمؤمنين رؤوف رحيم، اللهم صل وسلم وبارك على محمد وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم في كل هدي قويم. أما بعد:
Wahai manusia, bertakwalah kalian kepada Allah ta’ala, dan berpegangteguhlah kalian dengan jalan agama Nabi kalian Al Musthafa, kerjakanlah perintah-perintahnya dan jauhilah larangan-larangannya.
Kemudian Beliau telah memerintah kalian (kaum lelaki) untuk memotong kumis-kumis dan memperbanyak jenggot-jenggot. Dan Beliau telah mengabarkan pada kalian bahwasanya mencukur dan menggunting jenggot adalah bagian dari jalan hidup orang-orang kafir dan musyrikin.
«وَمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ».
“Dan barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia itu bukanlah dari golonganku”.
Maka hindarilah oleh kalian penyerupaan terhadap orang-orang yang zhalim.
Sungguh mengherankan untuk orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir; bagaimana dia itu merasa tidak memerlukan Sunnah Nabinya, para Sahabat beliau dan sunnah orang-orang yang mengikuti Sahabat dengan baik?! Bagaimana dia memilih jalan orang kafir dan fasik? Maka di manakah keimanan? Demi Allah, sungguh Allah telah memuliakan para lelaki dengan jenggot, dan menjadikan jenggot itu keindahan dan kewibawaan untuk mereka.
Maka sungguh kasihan orang yang mencukurnya dan menghinakannya serta mendurhakai Nabinya secara terang-terangan. Apakah mereka menyangka bahwasanya mencukurnya itu akan mendatangkan kemegahan dan keindahan untuk pelakunya? Sama sekali tidak. Demi Allah, sungguh mencukurnya adalah memperburuk wajah dan menghilangkan cahayanya, dan dengan itu dia bertambah dosa dan celaka. Akan tetapi perbuatan tadi adalah hasil dari keteladanan yang berbahaya yang memperindah setiap perkara yang buruk dan menjerumuskan pelakunya pada keburukan yang jelas.
Bukankah para ulama telah berkata: “Barangsiapa berbuat kriminal terhadap jenggot orang lain sehingga menghilangkannya atau menghilangkan keindahannya terhadap suatu wajah tanpa mampu dikembalikan; wajib bagi pelakunya untuk membayar diyat secara sempurna”!?
Kemudian sekalipun hukumnya adalah demikian, dia ternyata berbuat kriminal terhadap dirinya sendiri dan menentang nikmat Allah yang menyeluruh. Apakah engkau tidak melihat wajah orang-orang yang mencukur jenggotnya; bagaimana kemegahannya itu hilang? Terutama jika dia telah beruban. Wajah mereka menjadi seperti wajah para wanita yang tua renta yang telah hilang keindahannya. Sungguh ini adalah perkara yang mengherankan!
Maka wahai para hamba Allah, kalian harus setia pada agama kalian, dan janganlah kalian memilih agama yang lain, karena di dalam agama kalian ini adalah kebaikan, kebahagiaan dan semua keindahan yang telah dikandunginya.
Maka demi Allah, tidak ada pada sikap meniru orang yang buruk kecuali kehinaan dan penyesalan. Dan tidak ada pada sikap mencontoh Nabi ﷺ kalian selain kemaslahatan, keberuntungan, dan kemuliaan.
Dan hindarilah oleh kalian menyemir rambut dengan warna hitam, karena hamba yang terbaik (Nabi kalian) telah melarang itu.
Maka bertobatlah kalian kepada Allah dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Peganglah kebaikan erat-erat dan setialah padanya, sebelum:
﴿أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ الله﴾ [الزمر: 58].
“Ada jiwa yang berkata: alangkah besarnya penyesalanku terhadap hak Allah yang aku sia-siakan”,
“Aduh, andaikata aku mewaspadai orang-orang yang buruk dan aku meneladani Rasulullah. Aduh, andaikata aku kembali ke dunia untuk beramal shalih dan bertobat.
Maka sekarang segala yang dicari telah luput, dan terjadilah segala perkara yang ditakuti. Semua kesalahan dan dosa-dosa telah mengepung para pelaku maksiat”.
﴿وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَالَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا * يَاوَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا * لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا ﴾ .
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku. Andaikata aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu sebagai teman akrab. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia”.
------------------------------------
( Dikutip dari Kitab : "Al Fawakihusy Syahiyyah Fil Khuthabil Minbariyyah” lil Imam Abdurrahman Bin Nashir As Sa’diy رحمه الله | terjemah bebas : Catatan Salafi buat kumpulan Khutbah Al Imam As Sa'diy | Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy)
Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAddailamiy