Allah ada tanpa bertempat (Aqidah Jahmiyah, Mu'tazilah dan Asyariyah)
Buat ringkasan sedikit, berkenaan dengan Aqidah
الله موجود بلا مكان
untuk kawan-kawan ana ni. Baru terdedah dengan perkara ini.
بسم الله الرحمن الرحيم
Tentang masalah ucapan orang-orang Jahmiyah, Mu'tazilah dan Asy'ariyah, bahwasanya Allah itu ada tanpa tempat.
Dari sisi hadis maka dia itu tidak ada. Sebahagian dari mereka membuat apa? Membuat pemalsuan. Sebagaimana dijelaskan oleh Sheikhul Islam, membuat pemalsuan suatu hadis.
كان الله بلا مكان وكان الله وهو على مكان
Yaitu Allah ada dalam keadaan tidak ada tempat, dan sekarang Allah ada tanda Dia keadaannya seperti dulu, yaitu tanpa ada tempat.
Intinya adalah untuk mengingkari Allah تعالى istiwa di atas Arsy.
Padahal istiwa' di atas Arsy ini datang di dalam 7 ayat dan di hadis itu puluhan hadis, membicarakan masalah itu.
Tetapi mereka dalam rangka mengikuti aqidah orang-orang ahli filsafat, bahwasanya Allah تعالى itu tidak bertempat di suatu tempat, maka mereka membuat hadis palsu tadi.
Itu sebagian yang membuat hadis palsu, sebagian yang lain tidak membuat hadis palsu tetapi meyakini Allah تعالى tidak ada di suatu tempat.
Kita katakan kalau istilah tempat dalam artian مكان, kalau مكان, مكان makhluqat, maka Allah تعالى tidak ditutupi oleh suatu tempat apapun.
Kalau kita memang, kita ditutup suatu tempat. Yaitu apa? Kita di tempat di sini, di kota ini, di desa ini. Sementara Allah, Allah تعالى tidak ditutup oleh suatu tempat.
*Tetapi kita katakan Allah ada di atas Arsy Nya, tinggi di atas Arsy Nya, bukan diliputi oleh Arsy, bukan pula kita katakan Dia itu bergantung kepada Arsy.
Tetapi di atas Arsy. Tidak ditutup dan tidak diliputi oleh suatu tempat.*
Kalau tempat itu adalah makhluk, maka memang Allah تعالى tidak di liputi oleh makhluk, tidak ditutupi, tidaklah di bawah makhluk dan seterusnya.
Toyyib, akan tetapi kita katakan sebagaimana yang dikatakan oleh Allah dan rasulNya,
الله تعالى إستوى على العرش
Dia itu tinggi di atas Arsy.
Satu ayat saja, kita wajib mengimani, apalagi sampai tujuh (7) ayat. Maka,
فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَ اللَّهِ وَآيَاتِهِ يُؤْمِنُونَ (6)
Dengan ucapan semacam apalagi setelah Allah dan ayat-ayat Nya itu, mereka mau beriman?
Kalau Allah tidak mereka terima, ayat Allah juga tidak mereka terima, maka dengan ucapan mana mereka terima?
*Ternyata ucapan ahli filsafat yang mereka terima.*
Sementara filsafat itu adalah ajaran orang orang-orang Yunan. Orang Yunan tidak kenal Allah. Orang Yunan bahkan tidak tahu bagaimana cara berpakaian yang baik, tidak tahu bagaimana sesembahan mereka.
Yang mereka tahu justeru adalah apa? Tuhan itu saling membagi kekuasaan. Ada Dewa Matahari, ada Dewa Angin, ada Dewa ini, Dewa itu.
Kadang diantara Dewa saling hasad, saling dengki. Kadang antara Dewa, ada yang menggoda istrinya dan sebagainya.
Ini yang diketahui oleh orang Yunan.
*Ajaran mereka itu yang justeru diambil oleh para ahli filsafat ahli filsafat yang dikatakan filsafatul Islam itu.*
Maka kita katakan, yang betul adalah Allah ada, dalam keadaan dia itu, tidak ada makhluk sebelum dia.
Tetapi apa?
Dia yang kemudian menciptakan makhluk dan makhluk yang pertama adalah Arsy, dan dia istiwa di atas Arsy bukan karena hajat, tetapi karena apa, karena Hikmah.
Dan di antara hikmahnya adalah apa, bahawasanya itu adalah sifat kesempurnaan.
Sebagaimana di dunia, para raja sifat kesempurnaannya adalah apa, dia, tempatnya yang paling tinggi dan arsynya paling indah dan dia di atas arsy dia, di atas singgahsana dia.
Ini adalah sifat kesempurnaan dan Allah sebagai raja alam semesta, Dia lebih berhak dengan itu.
Dia memiliki Arsy yang betul-betul luar biasa luas dan Allah تعالى di atas Arsynya.
Dan tidaklah kita katakan seperti ucapan orang Jahmiyah, kalau kita katakan Allah diatas Arsy, berarti Dia mahdud, Dia terbatas.
Kita katakan Allah tidak terbatas, karena Dia adalah
وَاسِعٌ عَلِيمٌ (261)
Dia Maha Luas dan Dia Maha Tahu.
Bagaimana ketika kita katakan Dia terbatas sementara apa, seluruh makhluk itu di genggaman Dia.
Bagaimana kita katakan dia terbatas, tetapi istilah terbatas ini, itu adalah dimunculkan oleh orang-orang Jahmiyah dan para anak cucu mereka, pengikut mereka dari kalangan Mu'tazilah dan Asy'ariyah, karena akal mereka yang kurang.
Mereka membayangkan kalau Allah diatas Arsy, Dia bagaikan Raja yang duduk di atas singgasana Dia.
Bagaikan makhluk yang duduk di atas katil dia, yang dia itu terbatas.
Kalau dia ada di sana berarti apa, berarti Dia tidak mencapai tempat-tempat yang lain, terbatas di situ saja.
Sementara Allah تعالى di atas Arsy Nya dengan kehendak Dia dan dengan Kekuasaannya yang tidak terbatas. Dan semua makhluk itu di genggaman Dia.
"Bagaimana kita membayangkan." Jangan bayangkan. Kalau kita membayangkan berarti kita mentasybih, menyerupakan Allah dengan sesuatu yang mampu kita gambarkan. Ini tidak boleh.
*Makanya orang-orang Asy'ariyah ini, ucapan mereka tadi bersumber dari apa, dari akidah-akidah filsafat tadi.*
Bersumber dari apa? Bersumber dari keyakinan mereka, Allah tidak boleh sama dengan makhluk sampai bahkan dalam sifat kebaikan pun tidak boleh.
Kenapa? Kerana nanti sama dengan makhluk.
Kenapa mereka kemudian meniadakan itu dan mentakwil itu? Karena manakala datang ayat,
الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ (5)
langsung mereka membayangkan. Oh ya itu gambarannya seperti ini, seperti ini.
Kemudian mereka mengatakan, "Oh tidak boleh sama, berarti tidak boleh Allah تعالى istiwa di atas Arsy.
Padahal salahnya itu ada pada penggambaran mereka itu sendiri.
*Jadi mereka menentang adanya penggambaran, tetapi mereka sendiri jatuh kepada penggambaran.*
*Mereka menentang adanya tasybih, padahal mereka yang lebih dulu melakukan tasybih.*
"Mereka mengatakan tidak boleh Allah diserupakan dengan makhluk, tetapi padahal mereka yang sudah lebih dulu menyerupakan Allah dengan makhluk.*
Ketika dikatakan Allah punya tangan, langsung mereka menggambarkan, "Oh tangan itu seperti tangan-tangan makhluk, yaitu jarihah, ada anggota badan." Sementara,
الجراحة تدل على الحاجة
Adanya anggota badan menunjukkan kita ini perlu, perlu kepada anggota badan tadi.
Sementara Allah tidak perlu, berarti apa, Allah tidak punya tangan.
*Itu adalah pemahaman yang salah.*
*Yang betul, Allah punya tangan sesuai dengan keagungan dia dan tidak boleh kita gambarkan.*
Tetapi kita tiadakan keserupaan tangan tadi dengan tangan makhluk.
Sementara orang Asy'ariyah, mereka menentang adanya tangan Allah, menentang adanya apa, istiwa Allah diatas Arsy dan seterusnya.
Sementara mereka mengatakan, "Bahwasanya Allah تعالى itu ada di mana-mana", seperti ucapan al Juwaini sebelum taubat.
Setelah taubat dia mengingkari ucapannya sendiri.
Al Juwaini mengatakan, "Keadaan Muhammad صلى الله عليه وسلم yang naik di atas langit ketujuh ketika Mi'raj, itu tidaklah dekat, tidaklah lebih dekat kepada Allah daripada keadaan Yunus yang ada di bawah, yang ada di perut ikan di bawah samudra sana."
*Yaitu Allah تعالى ada dimana-mana.*
Berarti apa?
Tidak ada gunanya, ayat-ayat yang membahas Rasulullah lebih mulia dari yang lain.
Yang lain ada di langit pertama langit kedua, langit ketiga, Ibrahim langit ketujuh, Rasulullah lebih tinggi lagi.
Yang mana Nabi Musa ketika melihat Rasulullah itu melebihi langit keenam, Nabi Musa mengatakan, "Ya Allah, saya tidak menyangka ada makhluk yang lebih Engkau mulia kan daripada saya." Dan hadis nya sohih. Ma'ruf.
Maka ini menunjukkan bahawasanya Rasulullah ketika di atas, yaitu ditinggikan lebih tinggi daripada makhluk itu semua, itu sebagai bentuk pemuliaan.
Maka kenapa?
Karena semakin dekat dengan Allah.
Rasulullah yang paling dekat dibanding dengan Nabi Musa dan Nabi Ibrahim dan seterusnya.
Maka barangsiapa mengatakan Allah dimana-mana dan mengatakan Nabi Muhammad tidaklah lebih dekat ketika beliau mi'raj kepada Allah daripada kedekatan apa? Kedekatan Nabi Yunus, ketika dia ada di dasar lautan sana itu.
Ini adalah menunjukkan apa? Dia menentang adanya (tanpa dia sadari), menentang adanya pemuliaan .
Kenapa?
Tidak ada gunanya Rasulullah panggil penat istilahnya, Rasulullah sendiri penat-penat dibangunkan, jalan jauh-jauh nanti ujung-ujungnya beliau akan didustakan oleh orang-orang, orang-orang Musyrikun pagi harinya, pergi jauh-jauh kesana sementara apa? Allah sudah disamping mereka.
Mengapa jauh-jauh naik keatas sana.
Untuk apa dikatakan bahawasanya solat itu lebih mulia daripada ibadah yang lain?
Alasannya adalah karena apa? Karena untuk ibadah yang lain Allah تعالى menurunkan ayat-ayat, nabi nya di bumi.
Sementara khusus untuk solat,
nabinya dipanggil menghadap Allah تعالى disana.
Menunjukkan kemuliaan solat. Bahkan orang-orang yang, kalau, (kalau dia tidak berpikir dengan sangat mendalam), dia sendiri meyakini bahwasanya diantara keutamaan solat, buktinya adalah apa? Nabi itu sampai dinaikkan menghadap Allah di sana.
Dalam keadaan dia tidak ingat tentang masalah ini, walaupun dia aqidah nya itu. Aqidahnya masaalah Allah di mana-mana, tapi dia sendiri mengatakan, diantara bukti kemuliaan solat adalah, untuk yang lain-lain nabinya itu di bumi, dan ayat-ayat datang.
Tapi untuk masalah solat, nabi Nya sampai dipanggil menghadap Allah.
Kita katakan berarti apa?, Berarti nabi di bawa ke atas, itu menunjukkan kemuliaan.
Berarti apa?
Kalau semuanya, kalau yaitu Allah itu dimana mana, tidak ada bedanya antara apa? antara nabi di atas ataupun di bawah.
Justeru malah penat-penat, malah ujung-ujungnya, di pagi harinya didustakan orang kafir.
Mengapa jauh-jauh diatas sana, sementara apa? Allah sudah ada di sini.
Dan itu adalah apa? Aqidah yang bertolak belakang dari orang-orang tadi dan seterusnya.
Itu adalah akibat dari mereka meyakini Allah di mana-mana.
Sementara kalau Allah dimana-mana berarti apa? Konsekuensinya sebagaimana yang disebutkan oleh siapa? Oleh Abul Hasan Al Asy'ari dalam Al Ibanah, berarti mereka meyakini Allah تعالى di bilik tandas, di tempat-tempat najis dan sebagainya.
Dan orang-orang Mu'tazilah yang dulu, dan Jahmiyah yang dulu, dan Asy'ariyah yang dulu, mereka tidak berani mencapai konsekuensi ini.
Adapun, orang Asy'ariyah yang zaman sekarang, yang mereka sangat tolol, mereka mengatakan, "Oh ya memang saya meyakini Allah bahkan di bilik tandas."
Padahal orang-orang Asy'ariyah sendiri dulu meyakini, "Barangsiapa meyakini Allah تعالى itu ada di bilik tandas, maka dia kafir, karena tidak memuliakan Allah.
Raja aje kalau dikatakan, raja itu suka di bilik tandas, ini menghina.
Apalagi Allah تعالى dikatakan seperti itu, makanya orang-orang dulu walaupun meyakini Allah di mana-mana, kalau ditanya konsekuensi ini, mereka diam tidak berani.
Ha orang zaman sekarang karena bodoh nya dia, Asy'ariyah nya dia bodoh, maka apa, dia mengatakan memang Allah تعالى itu di bilik tandas.
Ini adalah penghinaan. Kenapa, bilik tandas itu tempatnya siapa? Tempat setan. Rasulullah mengatakan,
"Sesungguhnya bilik-bilik tandas ini dihadiri oleh setan."
Bagaimana mereka menyamakan Allah tinggal bersama setan? Ini penghinaan besar.
Ye orang nya kafir kalau dia meyakini ini dalam keadaan dia faham.
Tayyib, jadi yang benar adalah Allah تعالى ada tinggi di atas Arsy. Dia tidak dimana-mana.
Dengan dalil yang sekian banyak lebih dari 1000 dalil.
Sebagaimana di antaranya disebutkan oleh Ibnu Abdil Barr. Diantara bukti awal itu adalah tinggi di atas Arsy adalah apa, firman Allah تعالى,
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ ۚ
Kalau dalil yang jelas, sudah ma'ruf dan bahkan mereka tahu, tapi dalil yang terkadang mereka tidak membayangkan itupun menunjukkan itu.
{Kepada Allah lah kalimat yang bagus itu naik dan amal shaleh itu mengangkatnya.}
kata Ibnu Abdil Barr, seandainya ke mana ye amalan sholeh ini, إليه yaitu kepada Allah.
Seandainya Allah itu ada bersama mereka, tidak perlu Malaikat penat-penat naik ke langit ketujuh laporan. Eh Allah di sini.
Ha itu adalah apa, bodohnya orang-orang Muktazilah.
Manakala Malaikat sampai naik ke langit dengan kecepatan luar biasa itu untuk melaporkan amalan menunjukkan Allah تعالى tidak bersama mereka di bumi.
Allah tinggi di atas sana.
Dan itulah yang lebih menggambarkan tentang pengagungan dan kesucian Allah.
Tidak seperti pensucian yang dikatakan orang Asy'ariyah tadi, pensucian yang kalau di fikirkan, ternyata itu adalah apa, menghina Allah.
Jadi kesimpulannya apa? Ucapan mereka tadi bersumber dari hadis palsu dan bersumber dari akidah falasifah yang sesat tadi.
Dan terbantah dengan beberapa sisi yang kita sebutkan dan bantahan yang panjang lebar itu disebutkan oleh Imam Ibnul Qayyim di dalam kitab beliau yaitu apa, As Sowaiqul Mursalah.
Tayyib,
إلى هنا والله اعلم
🍃🍀🍃🍀🍃🍀🍃🍀🍃🍀🍃🍀🍃🍀
*Soalan tentang Solat Witir*
Witir selepas fajar itu, batasnya sampai kapan?
Batasnya adalah apabila dia ingat. Jangan ditunda-tunda tapi batasnya kalau dia ingat, langsung dia solat witir satu rakaat atau tiga rakaat.
Adapun kalau nanti dia itu sudah masuk ke Dhuha, maka hendaknya dia kerjakan seperti yang disebutkan dalam hadits Aisyah, Rasulullah itu, kalau beliau terhalangi qiyamul Lail 11 rakaat, maka di pagi harinya beliau salat 12 rakaat, ya itu dibuat genap, jangan dibuat ganjil.
Tapi kalau sebelum salat subuh maka boleh langsung dia kerjakan 1 rakaat atau barangkali 3 rakaat. Tapi kalau sudah masuk ke pagi maka apa dibuat genap.
Sampai zohor, masih boleh lagi ke kalau dia ingat?
Kalau lupa boleh. Namanya lupa. Waktunya adalah ketika dia ingat.
والله اعلم
Sumber Channel Telegram: soaljawab_sheikhabufairuz