Header Ads

Orang yang meninggalkan shalat itu lupa pada Allah ta’ala, sehingga akan kembali padanya buruknya akibat

Orang yang meninggalkan shalat itu lupa pada Allah ta’ala, sehingga akan kembali padanya buruknya akibat

Untuk pemesanan klik gambar


Allah ta’ala telah menjadikan shalat untuk mengingat-Nya, sebagaimana firman-Nya:

﴿إِنَّنِي أَنَا الله لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي﴾  [طه/14].

“Sesungguhnya Aku adalah Allah, tiada sesembahan yang benar selain Aku, maka sembahlah Aku, dan tegakkanlah shalat untuk mengingatku.”

Syaikhul Islam رحمه الله berkata: “Dan penegakan shalat untuk mengingat-Nya adalah termasuk ibadah pada-Nya yang paling agung.” (“Majmu’ul Fatawa”/10/hal. 176).

Al Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata: “Sesungguhnya seluruh amalan itu hanyalah disyariatkan ditegakkan untuk mengingat Allah ta’ala. Dan yang dimaksudkan dengannya adalah untuk menghasilkan dzikrullah ta’ala. Allah سبحانه وتعالى  berfirman:

﴿وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي﴾  [طه/14].

“Dan tegakkanlah shalat untuk mengingatku.”
(“Al Wabilush Shayyib”/hal. 102).

Adapun orang yang meninggalkan shalat maka sungguh dia telah lupa pada Allah ta’ala, maka hukumannya sesuai dengan jenis amalannya. Allah ta’ala berfirman tentang orang yang melupakannya:

﴿نسوا الله فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ﴾  [التوبة/67].

“Mereka melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka. sesungguhnya orang-orang munafiqin mereka itulah orang-orang yang fasiq.”

Dan Allah subhanah berfirman:

﴿وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ﴾ [الحشر/19].

“Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Allah menjadikan mereka lupa pada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasiq.”

Al Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata: “Maka Allah Yang Mahasuci menghukum orang yang melupakannya dengan dua hukuman:
Yang pertama: Dia Yang Mahasuci melupakan orang itu.
Yang kedua: Allah menjadikan orang itu lupa pada dirinya.
Lupanya Allah Yang Mahasuci pada hamba-Nya adalah: Allah menelantarkannya, meninggalkannya, menyendiri darinya, menyia-nyiakannya, sehingga kebinasaan itu lebih dekat kepadanya daripada jarak tangan ke mulut.

Adapun dijadikannya dia lupa pada diri sendiri yaitu: Allah menjadikannya lupa pada bagian dirinya yang tinggi, dan sebab-sebab kebahagiaan dan keberuntungannya, perbaikannya, dan perkara yang dengannya dia jadi sempurna. Dijadikan dirinya melupakan itu semua, sehingga tidak terbetik di benaknya, tidak menjadikannya ingat, tidak mengarahkan keinginannya ke situ sehingga berminat padanya, karena perkara tadi tidak lewat di benaknya hingga meniatkan untuk meraihnya dan mengutamakannya.

Dan juga dijadikannya dia lupa pada cacat, kekurangan dan penyakit diri, sehingga tidak terdetik di benaknya untuk menghilangkannya. Dan juga menjadikannya lupa pada penyakit-penyakit jiwa dan hatinya serta sakitnya penyakit tadi, sehingga tidak terbetik di benaknya untuk mengobatinya, dan tidak berupaya untuk menghilangkan penyakitnya yang bisa berakibat kerusakan dan kebinasaan. Maka orang ini sakit, penuh dengan penyakit. Dan penyakitnya melemparkan dirinya pada kehancuran, tapi dia tidak merasakan penyakitnya tadi, dan tidak terbetik di benaknya untuk mengobatinya. Dan ini termasuk hukuman yang paling besar secara umum dan khusus. Maka hukuman apa yang lebih besar daripada hukuman orang yang menelantarkan dan menyia-nyiakan dirinya, lupa kemaslahatan dirinya, penyakitnya dan obatnya, sebab-sebab kebahagiaan dan keberuntungan, kebaikannya dan kehidupannya yang abadi di kenikmatan yang kekal?”
(“Al Jawabul Kafi”/hal. 144/Maktabah Ibadirrahman).
-------------------------

(Nashihah mu'ajjalah liman shooma romadhon watarokash sholatal maktuubah | Empat Puluh tiga kerugian jika sholat wajib ditinggalkan | Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy )

Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAddailamiy
Diberdayakan oleh Blogger.