PERMASALAHAN THOHAROH BERKAITAN TENTANG ANJING
PERMASALAHAN THOHAROH BERKAITAN TENTANG ANJING
*Penanya :*
Bismillaah.
Assalamu'alaikum.
Ana izin bertanya masalah thoharoh. Bagaimana hukumnya ketika hujan telah reda didapati anjing yg melintas di jalanan yg basah lalu tiba² anjing tsb jalan di atas lantai teras dan duduk, apakah terjatuh kedalam najis ataukah bukan ?
-------------------------
Jawaban dengan memohon pertolongan pada Allah ta'ala :
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته.
Yang rajih adalah najis. Dan jika sekedar bekas diduduki anjing, bukannya bejana berisi air yang dijilat olehnya, cukup disiram air dan sabun (tanpa tanah) sampai bersih. Kalaupun mencukupkan penyiraman dengan air juga tidak mengapa, berdasarkan sebagian hadits.
والله أعلم بالصواب.
والحمد لله رب العالمين.
-------------------
Penanya :
Perlakuan khusus pensucian 7x salah satu dg tanah itu terdapat pada air liur dan kotoran nya syaikh ?
------------------
Jawaban dengan memohon pertolongan pada Allah ta'ala :
Yang rajih adalah: pencucian itu menunjukkan najisnya air liur anjing.
Pencucian dalam hadits lain menunjukkan najisnya kotoran anjing. Namun dalam kasus jilatan anjing, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم memerintahkan pencucian tujuh kali ditambah salah satunya dengan tanah.
Sementara pencucian bekas yang diduduki oleh anjing tadi, beliau tidak melalukan praktik tujuh pencucian tadi. Pakai contoh terbaik adalah contoh dari beliau.
والله أعلم بالصواب.
-----------
Pertanyaan terakhir :
Baik syaikh, walhamdulillaah ana paham. Semisal lantai terkena air liur lalu kering apakah sama / dapat diqiyaskan dg hadits tanah suci karena kering dari najis ? Afwan
--------------
Jawaban dengan memohon pertolongan pada Allah ta'ala :
Tanah itu ditanshish sebagai pensuci, sebagaimana dalam hadits Jabir, Ibnu Mas'ud dan yang lainnya.
Sedangkan lantai tegel atau semen dll yang keras tidaklah demikian karena biasanya dia tidak mampu menyerap liur anjing ataupun menetralisir ataupun menguraikan zat²nya.
والله أعلم بالصواب.
-----------------------
( dijawab Oleh : Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy حفظه الله )
Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAddailamiy