PENJELASAN TENTANG SEMPURNANYA ISLAM DAN MENYELURUHNYA SYARI'AT ISLAM
Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAddailamiy
PENJELASAN TENTANG SEMPURNANYA ISLAM DAN MENYELURUHNYA SYARI'AT ISLAM
Sesungguhnya Allah ta’ala mengutus Nabi Muhammad ﷺ untuk menyempurnakan agama-Nya. Dan dalilnya adalah firman Allah ta’ala:
﴿الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا﴾[المائدة:3]،
"Pada hari ini Aku telah menyempurnakan untuk kalian agama kalian, dan Aku telah menyempurnakan untuk kalian kenikmatan-Ku dan Aku telah meridhai Islam sebagai agama bagi kalian."
Dan ini adalah dalil tentang sempurnanya agama Islam, maka dia ini tidak memerlukan tambahan ataupun pengurangan. Kemudian: barangsiapa mendatangkan suatu syari’at yang tidak ada di dalam Kitab Allah, dan tidak ada dalam sunnah Rasul-Nya ﷺ dan tidak pula mengikuti pemahaman As Salafush Sholih, maka sungguh dia telah membuat perkara baru di dalam Islam, dan dirinya telah menuduh bahwa agama Islam itu kurang, tidak sempurna, dan bahwasanya Muhammad ﷺ telah mengkhianati risalah.
Al Imam Abdul ‘Aziz Ibnul Majisyun رحمه الله berkata: "Aku mendengar Malik berkata: "Barangsiapa membuat bid'ah dalam Islam dan memandangnya baik, maka dia telah menyangka bahwasanya Muhammad ﷺ itu mengkhianati risalah, karena Allah berfirman:
﴿الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ﴾. [المائدة: 3].
"Pada hari ini Aku telah menyempurnakan untuk kalian agama kalian"
Maka perkara yang pada hari itu tidak menjadi agama, maka pada hari ini juga tidak menjadi agama." (dinukilkan oleh Asy Syathibiy dalam "Al I'tisham"/hal. 33).
Al Imam Al Hafizh Ibnul Qaththan Al Fasiy رحمه الله berkata: “Para ulama telah sepakat bahwasanya sejak Nabi ﷺ meninggal, wahyu itu telah terputus, dan agama ini telah sempurna dan menetap, dan bahwasanya tidak halal bagi seorangpun untuk menambahkan di dalam agama ini sesuatu dari pemikirannya tanpa memakai dalil, dan tidak pula boleh untuk mengurangi dari agama ini sedikitpun, dan tidak boleh untuk menggantikan suatu ajaran dalam agama ini dengan ajaran yang lain, dan tidak boleh membuat suatu syari’at.“ (selesai yang diinginkan dari “Al Iqna’ Fi Masailil Ijma’”/1/3/hal. (2/16)/cet. Darul Kutubil ‘Ilmiyyah).
Al Imam Abu Syamah Asy Syafi’iy رحمه الله berkata: “Dan Allah Yang Maha Suci telah menyempurnakan agama ini untuk para hamba-Nya, dan menyempurnakan untuk mereka kenikmatan-Nya dengan pengutusan Rasulullah, dan dengan syari’at sempurna yang Allah wahyukan kepada beliau, dan Allah tidak mewafatkan Rasul-Nya kecuali setelah menyempurnakan dan menerangkan agama ini.” -Lalu beliau menyebutkan ayat kesempurnaan Islam-. (“Al Ba’its ‘Ala Inkaril Bida’ Wal Hawadits”/hal. 116).
Syaikhul Islam رحمه الله berkata: “Maka tidak ada sesuatu apapun yang Allah perintahkan, atau Allah larang, atau Allah halalkan, atau Allah haramkan, kecuali Allah telah menjelaskan hal itu.” –lalu beliau menyebutkan ayat kesempurnaan Islam tadi. (“Majmu’ul Fatawa”/19/hal. 173).
Dan Al Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata: “Maka sungguh Allah Yang Maha Suci telah menjelaskan melalui lidah Rasul-Nya dengan firman-Nya dan sabda Rasul-Nya seluruh apa yang Dia perintahkan, seluruh apa yang Dia larang, seluruh apa yang Dia halalkan, seluruh apa yang Dia haramkan, dan seluruh apa yang Dia maafkan. Dan dengan inilah agamanya itu menjadi sempurna, sebagaimana dalam firman-Nya:
﴿الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي﴾ [المائدة:3]،
"Pada hari ini Aku telah menyempurnakan untuk kalian agama kalian, dan Aku telah menyempurnakan untuk kalian kenikmatan-Ku."
Akan tetapi terkadang pemahaman dari kebanyakan manusia itu kurang di dalam memahami apa yang ditunjukkan oleh nash-nash yang ada, kurang di dalam memahami sisi dan tempat penunjukannya. Dan perbedaan tingkatan-tingkatan pemahaman umat ini terhadap firman Allah dan sunnah Rasul-Nya itu tidak terhitung kecuali oleh Allah sendiri.” (selesai dari “I’lamul Muwaqqi’in”/1/hal. 332).
Oleh karena itulah maka sangat keras pengingkaran Allah ta’ala terhadap pembuat kebid’ahan dan para pengikutnya, dan sangat keras ancaman-Nya pada mereka dengan siksaan yang pedih, karena mereka mendatangkan suatu syari’at tanpa idzin dari Allah, seakan-akan mereka adalah Rabb-Rabb selain Allah, atau menyembah Rabb selain Allah. Allah ta’ala berfirman:
﴿أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ الله وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ﴾ [الشورى: 21].
“Apakah mereka memiliki sekutu-sekutu yang mensyariatkan untuk mereka dari agama ini yang tidak diidzinkan oleh Allah? Andaikata bukan kalimat keputusan (untuk menyelesaikan urusan mereka di Hari Kiamat) niscaya telah diselesaikan di antara mereka (di dunia), dan sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu akan mendapatkan siksaan yang pedih.”
Syaikhul Islam رحمه الله berkata: “Dan ini adalah ketentuan yang telah ditunjukkan oleh As Sunnah dan ijma’, disertai dengan penunjukan yang ada di dalam Kitabullah juga. Allah ta’ala berfirman:
﴿أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ الله﴾ [الشورى: 21].
“Apakah mereka memiliki sekutu-sekutu yang mensyariatkan untuk mereka dari agama ini yang tidak diidzinkan oleh Allah?”
Maka barangsiapa menyerukan kepada suatu amalan untuk mendekatkan diri pada Allah, atau mewajibkannya dengan ucapannya atau perbuatannya tanpa Allah mensyari’atkannya maka sungguh dia itu telah mensyari’atkan sesuatu yang tidak diidzinkan oleh Allah dari agama. Dan barangsiapa mengikuti hal itu, sungguh dia telah menjadikan orang tadi sebagai sekutu untuk Allah yang mensyari’atkan dari agama untuk dia sesuatu yang tidak diidzinkan oleh Allah.”
(“Iqtidhoush Shirathil Mustaqim”/2/hal. 84).
Iya, kebid’ahan adalah sebab datangnya siksaan.
Dari Jabir bin Abdillah رضي الله عنهما yang berkata:
كان رسول الله ﷺ يقول في خطبته يحمد الله ويثني عليه بما هو له أهل ثم يقول: «من يهد الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له إن أصدق الحديث كتاب الله وأحسن الهدي هدي محمد ﷺ وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار».
Rasulullah ﷺ berkata di dalam khothbah beliau dengan memuji Allah dan menyanjung-Nya dengan sanjungan yang menjadi milik Allah, lalu beliau bersabda: “Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang menyesatkannya, dan barangsiapa disesatkan oleh-Nya maka tidak ada yang mampu untuk memberinya petunjuk. Dan sesungguhnya sejujur-jujur ucapan adalah Kalamullah, dan sebaik-baik jalan adalah jalan Muhammad ﷺ, sejelek-jelek perkara adalah perkara yang dibuat-buat, dan setiap perkara yang dibuat-buat adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah kesesatan, dan setiap kesesatan adalah di Neraka.” (HR. An Nasaiy dalam “Al Kubra” (1786) dan Ibnu Khuzaimah dalam “Ash Shahih” (1785) dengan lafazh ini/shahih).
-------------
( “DAKWAH JANGAN MEMAKAI MUSIK IKUTILAH GENERASI TERBAIK” | Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman Bin Soekojo Al Indonesiy Al Jawiy حفظه الله )
---------------