Keterangan Tentang Kelembutan Allah Kepada Para Hamba-Nya Ketika Terjadi Perkara Yang Tidak Disukai
Sumber Channel Telegram: MaktabahFairuzAddailamiy
CONTOH MATERI KHUTBAH
---------------------------------------------------
Untuk pemesanan Kitab klik gambar |
Khutbah Ketiga:
Keterangan Tentang Kelembutan Allah Kepada Para Hamba-Nya Ketika Terjadi Perkara Yang Tidak Disukai
الحمد لله الرؤوف الرحيم ، البر الجواد الكريم ، وأشهد أن لا إله إلا الله الملك العظيم، له الأسماء الحسنى ، والصفات العليا ، والإحسان العميم ، وله الرحمة الواسعة ، والحكمة الشاملة ، وهو العليم الحكيم ، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله ، الذي قال الله فيه : ﴿وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ﴾ اللهم صل وسلم وبارك على محمد وعلى آله وأصحابه ، الذين هُدُوا إلى الحق وإلى طريق مستقيم . أما بعد :
Wahai manusia, bertakwalah kalian kepada Allah ta’ala, karena sesungguhnya ruh ketakwaan adalah bersyukur kepada Maula (Sang Tuan) atas kenikmatan-kenikmatan-Nya, bersabar dan meridhai pahitnya ketetapannya. Bersyukur kepada –Nya atas perkara yang dicintai dan menggembirakan, merundukkan diri kepada-Nya ketika ada kejadian yang dibenci dan membahayakan. Rasulullah ﷺ bersabda:
«عَجَبًا لِأَمْرِ اْلمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءٌ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءٌ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ».
"Alangkah mengagumkan urusan mukmin, sesungguhnya seluruh urusannya itu bagus. Jika dia mendapatkan kegembiraan dia bersyukur, maka jadilah itu kebaikan baginya. Dan jika dia tertimpa malapetaka dia bersabar, maka jadilah itu kebaikan baginya Dan tidaklah yang demikian itu bagi seseorang kecuali untuk mukmin”.
Dan ketahuilah bahwasanya di dalam takdir Allah yang berupa kesulitan dan perkara yang dibenci itu ada hikmah-hikmah yang tidak tersamarkan, kelembutan-kelembutan dan peringanan-peringanan yang tidak terbatasi dan tidak pula terhitung. Dan seorang Mukmin itu jika tertimpa perkara yang dia benci; dia mengharapkan pahala dari Rabbnya sehingga dia termasuk dari orang-orang yang beruntung. Dia mengharapkan pahala dengan menjalankan tugas kesabaran, sehingga sempurnalah untuknya pahala orang-orang yang sabar, dan dia berharap pahala dan ganjaran sehingga dia berjaya mendapatkan pahala muhtasibin (orang-orang yang menginginkan pahala). Dia juga menanti kelonggaran dari Allah, sehingga dia meraih pahala orang-orang yang mengharapkan karunia-Nya untuk orang-orang yang berhasrat, karena ibadah yang paling utama adalah: menunggu kelonggaran di dunia dan mengharapkan pahala di Akhirat. Dan Allah ta’ala memang menguji para hamba-Nya. Kemudian jika Dia menguji; Dia akan bersikap lembut dan menolong. Dan jika urusan-urusan menjadi sulit dari satu sisi; dia itu menjadi mudah dari sisi-sisi yang lain, dan di dalamnya ada kelembutan dan karunia.
Apakah kalian tidak melihat ketika Allah menetapkan dengan hikmah-Nya tertahannya hujan, dan terjadinya kekeringan terhadap tanaman-tanaman; bagaimana Dia bersikap lembut kepada kalian di dalam sisi-sisi bencana ini dengan nikmat-nikmat yang datang susul-menyusul?! Dan juga uluran-uluran dan karunia-karunia yang banyak; Dia memberikan kenikmatan pada kalian dengan alat-alat yang baru yang dengan itu menjadi tegaklah pertanian dan tanaman, dengan itu dikeluarkanlah air, susul-menyusul dengan itu pemindahan seluruh bantuan yang berupa perkara-perkara yang paling diperlukan dan perkara-perkara penyempurna, serta alat-alat pendukung kehidupan.
Seandainya kekeringan ini menimpa manusia tanpa keadaan semacam ini; niscaya binasalah tanaman-tanaman dan terbengkalailah transportasi dikarenakan sedikitnya ternak-ternak dan ketidakmampuan ternak, dan niscaya para hamba terjatuh ke dalam bencana kelaparan dan mara bahaya, semoga Allah melindungi mereka dari keburukannya. Sebagaimana termasuk dari kelembutan-kelembutan-Nya yang Dia mudahkan untuk para hamba adalah: banyaknya lapangan pekerjaan yang membantu untuk memperoleh rezeki dan mata pencaharian, lalu dengan itu menjadi tegaklah urusan-urusan orang kaya dan orang miskin, dan dengan demikian menjadi sempurnalah aktivitas.
Maka alangkah banyaknya karunia yang agung yang Allah berikan kepada kita. Dan alangkah banyaknya Dia memberikan kepada kita kebaikan yang menyeluruh.
Oleh karena itu kita wajib bersyukur kepada Allah dengan mengakui kenikmatan-kenikmatan dan pertolongan-pertolongan-Nya, dan kita menyebut-nyebut kenikmatan tadi di dalam segala perkara yang salah seorang dari kita gembira untuk menampilkannya, serta kita mempergunakan nikmat-nikmat tadi untuk menaati Allah dan mengikuti keridhan-keridhaan-Nya.
Dan juga kita wajib untuk bersabar dan meridhai perkara yang diatur dan ditetapkan oleh Tuan kita, dan hendaknya kelonggaran itu senantiasa terpampang di hadapan mata kita dan menjadi kiblat hati kita (yaitu: senantiasa memiliki harapan dan tidak berputus asa –pen). Juga hendaknya minat kepada karunia Allah itu menjadi puncak maksud kita dan akhir dari tuntutan kita, karena kita tidak berharap kepada makhluk, baik itu orang yang memegang harta ataupun orang yang miskin. Kita hanya berharap kepada Rabb yang Maha Kaya, Maha Dermawan dan Maha Mulia, Yang tidak merasa jengkel dengan rengekan orang-orang yang merengek kepada-Nya, tidak peduli dengan banyaknya pemberian dan pengabulan doa dari para peminta.
Allah meliputi seluruh makhluk dengan karunia-Nya, kebaikannya dan pemberian-Nya. Dia juga melingkupi semua makhluk dengan kenikmatan-kenikmatan dan jasa-jasa-Nya. Dia memerintahkan kepada kita untuk berdoa dan memohon, dan Dia juga menjanjikan pada kita pengabulan dan banyaknya pemberian:
﴿ الله لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ ﴾ ]الشورى: 19[.
“Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezeki kepada yang di kehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa”.
Semoga Allah memberikan keberkahan untukku dan untuk kalian di dalam Al Qur’an yang agung.
------------------------------------
( Dikutip dari Kitab : "Al Fawakihusy Syahiyyah Fil Khuthabil Minbariyyah” lil Imam Abdurrahman Bin Nashir As Sa’diy رحمه الله | terjemah bebas : Catatan Salafi buat kumpulan Khutbah Al Imam As Sa'diy | Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy)