Header Ads

Kajian Kitab Shohih Bukhari (Tsulatsiyat: Hadits 22)

Sumber Channel Telegram: Tsulatsiyat Shohih Bukhari

Nasihat dari Fadhilatus Sheikh Muhammad Aman al Jami رحمه الله تعالى untuk para pemuda.


Hadith ke 22
الثاني والعشرون: إن الله تعالى في السماء
Hadis yang terakhir dari tsulasiyat Sahihul Bukhari, hadis ke 22, "Sesungguhnya Allah تعالى itu si langit."

قال الإمام البخاري رحمه الله في صحيحه برقم (٧٤٢١): حدثنا خلاد بن يحي: حدثنا عيس بن طهمان قال: سمعت أنس بن مالك رضي الله عنه  يقول: نزلت آية الحجاب في زينب بنت جحش وأطعم عليها يومئذ خبزا ولحما. وكانت تفخر على نساء النبي صلى الله عليه وسلم وكانت تقول: (إن الله أنكحني في السماء).

خلاد بن يحي : ابو محمد السلمي الكوفي
Beliau tsiqah tetapi punya satu kesalahan, disebutkan dalam Tahzibut Tahzib.

 عيس بن طهمان : ابو بكر البسري
Tetapi tinggal di Kufah.
Boleh dikatakan 2 sanad ini Kufiyun.

أنس بن مالك : ابو همزة الأنصاري البسري

"Ayatul hijab turun tentang Zainab binti Jahsy."

Dalam Musnad Imam Ahmad, ada banyak sekali cerita tentang ayatul hijab, ketika pernikahan Zainab binti Jahsy رضي الله عنها, termasuk wanita pembesar Quraisy.

《Rasulullah صلى الله عليه وسلم , pada hari itu memberi makan (kepada para tamu) dengan roti dan daging. Dan dia sering berbangga-bangga dihadapan isteri nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang lain. Dia sering mengatakan, "Sesungguhnya Allah menikahkan diri saya dilangit".》

Catatan kaki:
Sanad hadis ini adalah tsulasiyat terakhir yang disebutkan didalam tsulasiyat Sohih al Bukhari.

Diambil pendalilan dengan perkataan Ummul Mu'minin Zainab binti Jahsy  رضي الله عنها, dia mengatakan itu sebagai keyakinan darinya, bahawasanya ALLAH DIATAS MAKHLUKNYA, dan ini adalah keyakinan pemilik fitrah yang selamat, *yang tidak diracuni oleh ILMU KALAM.*

Dan Allah bukan disemua tempat, sebagaimana yang dinyatakan oleh sebahagian Jahmiyah dan para pengikut mereka. Dan ucapan itu serta keyakinan itu dari Ummul Mu'minin, itu terjadinya dimasa turunnya wahyu. 
Yaitu seandainya keliru, tak mungkin wahyu diam saja.

Ini tidak seperti ucapan, orang-orang *Jemaah Tabligh*,  yang mengatakan, "Barangsiapa mengatakan Allah dilangit, ini cuma keyakinan hamba sahaya perempuan itu, hadis Muawiyah bin Hakam As Sulami. Biasa namanya budak perempuan, bodoh dia. Nabi membiarkan dia kerana ilmunya memang tak sampai." 
*Ini sok tahunya Jemaah Tabligh.*

*Bahkan isteri nabi sendiri meyakini Allah diatas langit sana.*

Itu terjadi dimasa turunnya wahyu, maka keyakinan ini *bahawasanya Allah diatas langit sana adalah keyakinan yang sesuai dengan fitrah dan ditetapkan oleh syariat, bagi orang yang mengakui syariat nabi Muhammad,  syariat alQuran.

Segala puji nagi Allah dan seluruh kurnia memang milik Allah. 
(صفات الإلهية).

Faedah dari Fadhilatus Sheikh Muhammad bin Ali bin Adam al Ethiopia, *Tanbih.*
"Ucapan al Karmani, ulama tahun 900san Hijriyah, mengatakan "Ucapannya bahawasanya Allah dilangit, ini zohirnya tidak diinginkan kan."  
Ini sok tahunya dia. Apakah dia jumpa Zainab, atau jumpa para sahabat atau jumpa nabi? Berani mengatakan źohirnya tidak diinginkan.? Sok tahu.
Ini ucapan ahli kalam, "Kerana Allah disucikan, dari Dia itu masuk ke sesuatu tempat"

Kita tidak pernah mengatakan Allah itu masuk kesuatu tempat, bahkan Allah itu diatas tempat, yaitu apa? Diatas langit sana. Bukan didalam. حلول ertinya masuk. Namun tatkala arah ketinggian itu memang lebih mulia dibandingkan dengan arah-arah yang lain, maka arah ketinggian itu dinisbatkan pada Allah. Ini sok tahunya dia. 

Memang ketinggian itu adalah kesempurnaan, sebagaimana kerendahan adalah kehinaan. Dan Allah lebih layak untuk memang betul-betul di atas sana, bukan sekadar isyarat sementara ternyata Allah juga dibawah, نعوذ بالله.
Apa gunanya dinisbatkan pada Allah ketinggian, sementara kenyataannya dia juga tidak disucikan dari tempat-tempat yang rendah. Ini adalah kontradiksinya ahli kalam

Mereka mengingkari Allah di atas langit dengan alasan Allah wajib disucikan dari bertempat. Tetapi mereka mengatakan Allah di mana-mana. Bererti apa? Allah bertempat di tempat yang rendah juga, karena di mana-mana. Berarti kalian tidak menyucikan Allah wahai ahli kalam dari tempat yang rendah.

Sementara ahlussunah, kalaupun betul mengatakan Allah di suatu tempat. yaitu di tempat yang tinggi, masih mulia, masih bagus.

Kalian mengakui tempat yang tinggi adalah tempat yang mulia. Sementara kalian mengatakan Allah di mana-mana, berarti kalian tidak menyucikan Allah dari tempat yang rendah. Ini kontradiksinya ahli kalam memang.

Sebagai isyarat tentang tingginya zat dan tingginya sifat. 

Ah itu betul memang. Masalahnya kalian kontradiksi. Jelas zatnya Allah tinggi di sana tapi kalian tidak mau mengatakan Allah di sana, ini ajaibnya kalian. Tapi kalian bilang memang zatnya Allah tinggi. Sifat Allah juga tinggi. Tinggi itu gimana sih? Jelas tinggi itu di atas. Tak ada tinggi di bawah. 

Thayib. Yaitu Syeikh al Ethiopi رحمه الله, yang benar adalah bahwasanya kalimat ini (Allah di langit dan yang seperti itu) adalah seperti firman Allah 
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى 
Ar Rahman stiwa di atas arasy, di atas. 

Seperti hadis,
ينزل ربنا إلى سمأء الدنب
Rabb kita turun ke langit dunia في كل ليلة, fi setiap malam. 

Yang namanya turun itu apa? Dari atas ke bawah. Berarti memang secara umumnya Allah memang di atas. Dari atas ke bawah berarti memang Allah itu di atas. Cuma suatu ketika Dia sengaja turun walaupun turunnya tidak seperti turunnya kita. Dia mampu turun ke langit dunia dalam keadaan zatnya tetap di atas Arasy, karena tidak mewajibkan seluruh zatnya itu turun. kata Sheikuna al Ethiopi. 

Hadis ini dibawa kepada zahirnya bukan seperti ucapan ahli kalam zohirnya tidak diinginkan, sambil kita meyakini menyucikan Allah taala dari penyerupaan dengan makhluk di dalam sifat-sifatnya. 

Jadi Allah tinggi di atas Srsy tapi tidak seperti tingginya seorang raja. Itulah akidah yang betul. 

Ucapan  alKarmani tadi, karena Allah disucikan dari masuk ke tempat, sahih betul, ini betul, tetapi ditetapkannya sifat-sifat ini untuk Allah tidak mewajibkan Allah masuk ke suatu tempat.

Ya Allah tidak masuk, bahkan Allah di atas tempat yang tertinggi  di atas Arasy, bukan Allah masuk ke dalam Arsy. 

Kemudian beliau menyingkapkan kenapa sampai orang ahli kalam mengalami kesalahan yang parah ini, khayalan ini tadi? Kalau Allah di atas arasy berarti Allah itu masuk ke sebuah tempat.

*Ini muncul disebabkan oleh diqiyaskannya perkara yang ghaib pada perkara yang nampak.*

Karena kita tahu ilmu kalam itu intinya adalah menjadikan semua yang ghaib itu masuk akal, yaitu memaksa-maksakan agar boleh dipahami oleh akal, walaupun akal yang sangat pendek, akal yang sangat jahil wajib apa? Perkara yang ghaib wajib ikut akal. 

Dan ini tentunya salah besar, menggambarkan Allah seperti raja, Allah perlu ini, perlu itu. Tak demikian. Allah istiwa di atas Arsy bukan karena hajah tapi karena hikmah, bukan karena dia perlu Arasy. 

Maka Allah subhanahu. hanya milik Dia-lah sifat-sifatnya yang sesuai dengan Dia, bukan sifat yang ada pada makhluk. 

Sebagaimana firman Allah taala, 
ليس كمثله وهو السميع البصير
Tuada sesuatu pun yang semisal dengan dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. 

Dia mendengar tapi tidak seperti pendengaran makhluk. Dia melihat, tapi tidak seperti penglihatan makhluk, selesai. Akidah yang sederhana, sederhana dan tepat. 

Maka perdalamlah ilmumu dengan keadilan, تبصر, yaitu milikilah basirah, milikilah mata hati. Jangan senang ditipu orang.  Yakinlah Allah itu sudah betul ucapannya, tidak perlu diperbaiki lagi. 

Kalau kalam Allah masih mungkin dipesongkan dan dipahami secara salah, makhluk lebih layak lagi untuk kita buruk sangka pada dia bahwasanya ucapan dia lebih layak untuk dipesongkan dan di. dan ditakwil-takwil.

Kalau makhluk saja kita percaya ucapan mereka, Allah lebih berhak untuk kita percayai. Inilah keadilan. 

Jangan engkau kebingungan dengan menyusahkan diri sendiri,  تتحير merasa kebingungan, بالاعتساب  yaitu menyusahkan diri sendiri. 

*Akidah ilmu kalam menyusahkan diri sendiri, menakwil panjang lebar tinggi rendah dan seterusnya. Susah dipikirkan, dibayangkan, dikhayalkan.*
Thayib selesai dari (ذخيرة العقبى في شرح المجتبى) punya eh yaitu apa? As Shugro punya mam An Nasa'i. Thayib. 
الى هنا والله اعلم
Pada pertemuan berikutnya insya Allah masuk ke Tsulasiyat Sunan At Tirmidzi. 
Powered by Todorant




🎙Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman bin Soekojo AlJawiy حفظه الله
Diberdayakan oleh Blogger.