Kajian Tafsir Quran (Al-Fatihah) #Lanjutan 17
Sumber Channel Telegram: tafsirquran_abufairuz
Tafsir Ibnu Katsir:
Sambungan Tafsir al-Fatihah
Berkata Imam Ibnu Katsir rohimahulloh terakhir membahas masalah apakah Lafdzul Jalalah Allah itu mushnad, iaitu kembali ke suatu masdar, bererti dia memiliki fe’el, apakah dia itu sesuatu yg jamid kemudian menyebutkan pendapat ke2 bahwasanya ini adalah mushtaq dgn menyebutkan ucapan Ru’bah ibni Ujaj. Kemudian beliau mengatakan bahwasanya si penyairnya tlh terang2an menyebutkan itu dgn lafaz masdarnya. Fir’aun dulu disembah, bukan justru menyembah. Ini utk menguatkan perbahasan bahwasanya Lafdzul Jalalah Allah mmg Dia adalah suatu pecahan dari masdarnya dan memiliki fe’el. Dan spt itu juga ucapan Mujahid dan yg lainnya. Sebagian ulama berdalilkan ttg bahwasanya Lafzul Jalalah Allah adalah mushtaq dgn firman Allah: “dan Dialah Allah di langit dan di bumi. “dan Dialah yg di langit itu sebagai Ilah dan di bumi juga sbg Ilah, bkn ZatNya yg di langit dan ZatNya yg di bumi yg diinginkan di sini, ttp status Allah taala, di manapun para hamba berada maka bagi mrk status Allah adalah sbg Ilah mrk. Inilah makna yg betul dan ini menunjukkan ayat pertama diperjelaskan dgn ayat ke2, iaitu Lafdzul Jalalah Allah maknanya adalah Ilah. Dan ini jelas menunjukkan kpd suatu masdar yg memiliki pecahan, maknanya adalah Ilah. Lafdzul Jalalah Allah asalnya adalah al-Ilah, lalu dimasuki ‘al’ sebagai ganti dari hamzah. Dikasi ‘al’ sebagai bentuk takrifiyah dan kemudian hamzah ini dihapuskan utk tazhil dan mengkasroti al-isti’mal banyaknya pemakaian. Semula Ilah jadinya…Allah. Berkata Sibawaih , ada yg mengatakan asal kalimahnya adalah ‘Lah’… Al-Lah, tanpa ada hamzah di dpnnya. Bukan Ilah kata sebagian org. Ini pilihan Sibawaih.
Kemudian engkau menghinakan diriku. Yg diingin di sini adalah Laa-ha. Ertinya spmacam kelalaian. Ada yg lain mengatakan ini dari ‘walah’ (membingungkan) dan seterusnya. Tapi makna yg pertama itu yg betul: al-Ilah. Disebutkan dlm catatan kaki, bahwasanya syair ini, yg mengucapkannya adalah Zul Isbiq Mirsan dari keluarga Udwan bin Amr, org dari zaman jahiliyah. Dikatakan Zul Isbiq kerana ada seekor ular yg pernah menggigit 1 jarinya sehingga terpaksa jarinya itu dipotong sehinnga dikenal di situ. Punya jadi, padahal jarinya sudah dipotong. Ad-Dayyan ini adalah Yang Mengurusi. Yg betul aalah ‘tasusun’ (yg mengurusi saya). Al-Ilah kemudian jadi Al-Lah dgn tarqib, kemudian ditafqimkan utk ta’zim jadi Allah. Berkata Qurtubi, lalu ada yg mengatakan membingungkan, akal yg hilang. Ini tentunya kurang sesuai utk Allah taala. Mrk mengatakan krn Allah taala itu membingungkan. Kita tidak tahu Dia dimana, tidak tahu bagaimana keadaan Dia dan seterusnya. Tp ini tidak sesuai dgn keagungan sifat Allah taala. Bahkan kembali ke al-Ilah bahwasanya Dia satu2nya yg layak disembah dgn segala sifatNya. Itu yg betul, bukan dr masalah dia membingungkan atau tidak.
Apabila dia dialirkan menuju ke padang pasir. Allah taala membuat bingung org2 memikirkan hakikat dr sifat2Nya. Yg betulnya bahkan Allah taala ingin utk kita mendapatkan petunjuk. Seluruh dalil2 yg besarnya adalah membincangkan ttg Sifat Allah agar para hamba itu tahu siapa yg dia sembah, dijelaskan oleh Syaikhul Islam. Krn semakin besar keperluan seorg hamba di dlm suatu perkara, maka semakin byk dalil2 yg Allah taala pancarkan utk memperkenalkan perkara tersebut. Dan ternyata perkara yg terbesar adalah masalah al-Asma was Sifat, menunjukkan bahwa Allah taala mahu para hamba kenal diriNya, bkn menjadi bingung terhadap dariNya. Sehingga semakin org tahu al-Asma was Sifat, semakin dia tahu persis ttg Allah taala itu ttg siapa dan sifat2Nya bagaimana. Bkn hamba jadi bingung, apalagi sampai tingkat “Allah taala di mana2”, atau “Allah taala tidak di mana2 pun” malah serba bingung lagi. Malah antara ada dan tidak ada, malah semakin bingung. Bukan itu yg Allah inginkan. Jelas Allah taala membicarakan diriNya; diriNya di langit dan diriNya maha ini, maha itu. Org tidak bingung. Yg bingung adalah yg kemasukan ilmu kalam, mmg dia jadi bingung. Rosululloh sallallahu ‘alaihi wasallam tidak membuat Sahabat bingung. Sahabat semakin jelas siapa Robbnya.
Fakhruddin ar-Rozi berkata ada yg mengatakan sekadar ‘qiila wa qiila’. Saya merasa tenteram kpdnya. Jiwa itu tidak merasa tenteram kecuali menuju kpd zikrullah. Makna kalimat ini betul tp apakah kalimat ini asal dari Lafzul Jalalah Allahini? Ini dia tidak punya dalil ttg itu. Sementara ruh2 itu tidak merasa gembira kecuali dgn mengenal Allah. Itu betul. Cuma semakin belajar ilmu kalam, semakin tidak akan tahu siapa itu Allah. Sebagaimana pengakuan dari ayahnya sendiri; dia semakin tidak faham setelah belajar ilmu kalam ttg siapa Allah. Kemudian ia mengakui di dlm kitab yg membahas aksamul-lazzat itu bahawasanya justru dgn membaca al-Qur’an dia akan mendapatkan petunjuk ttg al-Qur’an jelas sekali. Petunjuk dari al-Qur’an ttg Allah. Maka jianya pun mejadi tenteram. Byk org yg dia membicarakan ttg sesuatu dlm keadaan dia sendiri tidak mengamalkan itu, dlm masalah mengenal Allah dan seterusnya. Krn Dialah yg Maha Sempurna secara mutlak (tp kalian byk tidak mengakui sifat2 Allah, menyamakan Allah dgn makhluk2 yg kurang itu). Bkn yg lain yg sempurna, tp Allah yg sempurna. Ahli kalam mmg seperti fakta yg ada di dunia ini, NATO yg dikatakan mrk ‘no action, talk only’. Cuma bicara, tidak ada amalan. Ilmu kalam adalah spt itu. Pandai bicara tp amalannya nggak ada. Firman Allah taala: “ketahuilah, dgn mengingat Allah, jiwa itu menjadi tenteram. Toyyib, ini jika umur kita panjang kita akan membahas itu, di dlm surah ar-Rodd. Ini ayatnya betul. Cuma kalau ayatnya hasil pecahan Lafdzul Jalalah Allah maka tidak ada dalil yg menunjukkan itu.
Toyyib. Kelanjutannya besok insya Allah. Wallahu’alam.