Al Fatawa Al Hamawiyah (Pendapat generasi belakangan menyendiri dari generasi terdahulu maka itu adalah keliru)
Al Fatawa Al Hamawiyah
Dibahaskan oleh Asy Syeikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Indonesiy Al Jawiy.
D026: 14/09/2018
Bismillah. Dengan memohon pertolongan Allah.
Ringkasan:
Sambungan kepada catatan kaki (54):
Berkata sheikhul islam rahimahullah: setiap pendapat yang mana generasi kebelakangan menyendiri dari generasi terdahulu dan tidak ada seorang pun dari mereka yang mendahului pendapat tadi maka itu adalah keliru sebagaimana itu di ucapkan oleh imam ahmad bin hambal: hindarlah oleh mu untuk berbicara tentang suatu masalah sementara dalam masalah tadi engkau tidak punya imam tentangnya selesai dari majmu fatawa.
Bahkan sheikhul islam mengatakan: dan telah jelas dengan keterangan2 tersebut bahawasanya barang siapa menafsirkan al Quran atau hadis dan dia mentakwilkan al quran atau pun hadis bukan di dasarkan tafsir yang telah di kenal dari sahabat dan tabien bererti dia mengada ada dari Allah, dia telah melakukan penyelewengan di dalam ayat2 Allah menyelengkan kalimat2 dari tempat2nya dan ini akan membuka pintu zandaqah (kemunafiqan ittiqadi) penyelewengan keluar dari islam itu adalah perkara yang telah di ketahui kebatilannya secara sangat pasti dari agama islam ini. Selesai dari majmu fatawa.
Berkata imam innu Qayyim rahimahullah: dasar yang ketiga dari dasar2 beliau (yakni dasar imam ahmad) iaitu kalau para sahabat berselisih pendapat maka imam ahmad memilih dari pendapat sahabat2 tadi yang paling dekat kepada al Quran dan as sunnah imam ahmad tidak keluar dari pendapat para sahabat. Kalau tidak jelas bagi beliau kesesuaian dalam salah satu pendapat itu maka beliau menukilkan khilaf dan beliau tidak memastikan salah satu pendapat.
Berkata ishak ibnu ibrahim al andrani ditanyakan kepada abu abdillah ahmad ibnu hambal; ada seseorang yang tinggal di kaumnya. Dia di tanya tentang suatu perkara yang di situ ada perselisihan dikalangan ulama, hendaknya dia berfatwa dengan pendapat yang sesuai dengan al quran dan as sunnah ada pun pendapat yang tidak sesuai dengan al quran dan sunnah maka kita hendaknya menahan diri dan jangan mendokongnya. Kita di suruh ikut wahyu bukan mengikut sesuatu yang tidak ada hujjahnya.
Kembali kepada matan (pg 62)
sheikhul islam ibnu taimiyah: seandainya apa yang di ucapkan oleh ahli kalam yang memberat2kan diri tadi itulah aqidah yang wajib di pegang mereka bersamaan dengan itu meyakini aqidah ini adalah wajib, mereka telah mengarahkan untuk mengetahui masalah itu semata2 hasil dari aqal mereka.
Caratan kaki:(55)
Seandainya aqal itu mampu bersendirian di dalam mengetahui kebenaran nescaya Allah tidak menurunkan kitab2nya dan tidak perlu Allah mengirim para rasul Nya manakala Allah telah memuliakan hambanya dengan Allah menurunkan kitab2 sucinya dengan cara Allah mengutus para Rasul Nya dan Allah memerintahkan para hamba untuk mengikuti kitab2 Nya dan mentaati rasul2 Nya, tahulah kita bahawasanya aqal kita tidak cukup untuk mengetahui hakikat2.
Berkata imam ibnu Qayyim rahimahullah: sungguh mengherankan bagaimana pendapat rasul itu di tentang dengan pendapat ahli filsafat. Rasul itulah yang di utus oleh Allah, wahyu itulah yang menjadi hakim dan aqal itulah yang harus di atur oleh wahyu. seandainya aqal itu boleh untuk dicukupkan dengannya nescaya wahyu tidak ada lagi faedahnya dan wahyu itu tidak akan lagi diperlukan. Itu pun kita sudah mengetahui kedudukan para makhluk mereka itu berbeza beza dan bertingkat tingkat dalam masalah aqal, pandangan mereka juga beraneka ragam sementara aqal itu tidaklah penuh keseluruhan ada pada satu orang atau sekelompok orang tertentu sehingga layak untuk mendahulukan aqal mereka melebihi apa yang di datangkan oleh rasul bahkan setiap kelompok memiliki hasil pemikiran yang menyelusihi hasil pemikiran kelompok yang lain maka siapakah yang lebih zolim dan siapakah yang lebih keras permusuhannya kepada para rasul daripada orang yang membolehkan untuk setiap kelompok dari kelompok2 orang beraqal untuk mendahulukan aqal2 mereka melebihi apa yang didatangkan oleh para rasul.
Kembali kepada matan (pg 63):
Sheikhul islam mengatakan: mereka di dalam pendapat mereka (iaitu ahli kalam mengatakan aqidah kami inlah yang wajib diikuti) mereka menolak dengan tuntutan qias aqal mereka ataupun zohiran kalau seperti itu bererti membiarkan manusia itu tanpa adanya suatu kitab dan tanpa adanya suatu sunnah nescaya itu akan lebih memberikan pertunjuk untuk mereka dan lebih bermanafaat bagi mereka beliau mengatakan: berdasarkan ketetapan tadi bahkan bererti adanya al kitab dan as sunnah itu adalah kerugian atau bahaya yang total terhadap dasar agama.
Sumber Channel Telegram: Al Fatawa Al Hamawiyah