Kadar Dan Jenis Yang Dizakatkan
Kadar Dan Jenis Yang DizakatkanUntuk pemesanan klik gambar
Kadar zakat Fitrah adalah sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits Ibnu Umar رضي الله عنهما:
«صاعا من تمر ، أو صاعا من شعير».
“Satu sho’ dari korma, atau satu sho’ dari sya’ir (sejenis gandum).”
Dan dia itu adalah makanan pokok suatu negri.
Dan dari Abu Sa’id Al Khudriy رضي الله عنه yang berkata:
«كنا نخرج زكاة الفطر صاعاً من طعام أو صاعاً من شعير أو صاعاً من تمر أو صاعاً من أقط أو صاعاً من زبيب».
“Dulu kami biasa mengeluarkan zakat Fitrah berupa satu sho’ dari makanan, atau satu sho’ dari sya’ir, atau satu sho’ dari kurma, atau satu sho’ dari aqith (susu beku) atau satu sho’ dari zabib (anggur kering).” (HR. Al Bukhoriy (1506) dan Muslim (985)).
Al Imam Ibnu Baz رحمه الله berkata: “Dan disusulkan kepada jenis-jenis makanan tadi menurut pendapat ulama yang paling benar adalah: seluruh bahan yang menjadi makanan pokok orang-orang di negri-negri mereka, seperti: beras, dzurroh (sejenis jagung), dukhn (sejenis beras yang tidak punya gluten, cocok untuk diet –pent) dan yang semacamnya.” (“Majmu’ Fatawa Ibni Baz”/14/hal. 32).
Dan di dalam “Shohih Muslim” no. (985), dari Abu Sa’id Al Khudriy رضي الله عنه yang berkata:
«كنا نخرج إذ كان فينا رسول الله صلى الله عليه و سلم زكاة الفطر عن كل صغير وكبير حر أو مملوك صاعا من طعام أو صاعا من أقط أو صاعا من شعير أو صاعا من تمر أو صاعا من زبيب. فلم نزل نخرجه، حتى قدم علينا معاوية بن أبي سفيان حاجا أو معتمرا فكلم الناس على المنبر فكان فيما كلم به الناس أن قال: إني أرى أن مدين من سمراء الشام تعدل صاعا من تمر فأخذ الناس بذلك. قال أبو سعيد: فأما أنا فلا أزال أخرجه كما كنت أخرجه أبدا ما عشت».
“Dulu kami –ketika Rosulullah ﷺ masih ada di tengah-tengah kami- biasa mengeluarkan zakat Fitrah atas nama setiap anak kecil dan orang dewasa, orang merdeka atau hamba sahaya, berupa satu sho’ dari makanan, atau satu sho’ dari aqith (susu beku), atau satu sho’ dari sya’ir, atau satu sho’ dari kurma, atau satu sho’ dari zabib (anggur kering). Maka kami terus-menerus mengeluarkannya (setiap tahun –pent) hingga Mu’awiyah bin Abi Sufyan datang mengunjungi kami untuk berhaji atau berumrah, lalu dia mengajak bicara orang-orang di atas mimbar. Maka termasuk perkara yang dia bicarakan pada mereka adalah: “Sesungguhnya aku memandang bahwasanya dua mudd dari Samra’ (sejenis gandum) Syam itu setara dengan satu sho’ kurma.” Maka orang-orangpun mengambil pendapat itu. Abu Sa’id berkata: “Adapun aku, maka aku terus-menerus mengeluarkan zakat seperti yang sudah biasa aku keluarkan selamanya sepanjang hidupku.”
Maka yang terpandang adalah satu sho’ dari makanan tadi, bukan harganya.
Al Imam An Nawawiy رحمه الله berkata: “Adapun ucapan beliau: “Satu sho’ dari makanan jenis ini, satu sho’ dari makanan jenis itu,” maka di dalamnya ada dalil tentang bahwasanya yang wajib dalam zakat Fitrah dari setiap orang adalah satu sho’. Jika bahan makanan tadi bukan dari hinthoh (sejenis gandum yang berbiji besar) dan zabib (anggur kering), maka wajib mengeluarkannya satu sho’ dengan kesepakatan ulama. Tapi jika berupa hinthoh dan zabib maka yang wajib juga satu sho’ menurut Asy Syafi’iy, Malik dan kebanyakan ulama. Abu Hanifah dan Ahmad berkata: hinthoh dan zabib adalah setengah sho’ berdasarkan hadits Mu’awiyah yang disebutkan setelah ini. Tapi hujjah kebanyakan ulama adalah hadits Abu Sa’id setelah ini di dalam ucapan beliau: “satu sho’ dari tho’am (makanan), atau satu sho’ dari sya’ir, atau satu sho’ dari kurma, atau satu sho’ dari aqith (susu beku), atau satu sho’ dari zabib (anggur kering).” Dan pendalilannya di sini datang dari dua sisi, yang pertama: bahwasanya tho’am (makanan) menurut kebiasaan penduduk Hijaz adalah nama untuk hinthoh (gandum berbiji besar) secara khusus, terutama manakala Abu Sa’id telah menggandengkannya dengan bahan-bahan makanan yang lainnya tersebut. Yang kedua: beliau menyebutkan bahan-bahan makanan yang harganya itu berbeda-beda, dan mewajibkan pada setiap jenis dari makanan tadi itu satu sho’, maka ini menunjukkan bahwasanya yang terpandang adalah stu sho’nya, bukan berapa harganya.” (“Al Minhaj”/ An Nawawiy/10/hal. 21).
---------------
(Dikutip dari kitab : “Penjelasan Indah Tentang Zakat Fitrah” / Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Indonesiy Al Jawiy hafidzahullah )
Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAddailamiy