“MAULID NABI DAN BUKTI CINTA SEJATI”
Kemudian sesungguhnya sumber kebid’ahan Maulid ini adalah: istihsan (memandang suatu amalan itu baik) yang dibangun di atas ro’yu (rasio, pemikiran) dan perasaan tanpa dalil yang terang dan shohih yang sesuai. Dan ini adalah keliru.
Dari Ali bin Abi Tholib رضي الله عنه yang berkata:
كنت أرى أن باطن القدمين أحق بالمسح من أعلاهما حتى رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم يمسح ظاهرهما.
“Dulu aku berpemikiran bahwasanya telapak kaki khuff (sepatu yang menutupi mata kaki) itu lebih berhak untuk diusap daripada bagian atasnya, hingga aku melihat Rosululloh صلى الله عليه وسلم mengusap bagian atas dari telapak kaki.”(Diriwayatkan oleh Ad Daruquthniy dalam “Al ‘Ilal” (4/hal. 45) dengan sanad yang shohih()).
Maka kita wajib berpegang teguh dengan Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman Salaf dari umat ini, tidak mengikuti ro’yu yang menyelisihi dalil.
Malik bin Mighwal berkata: Asy Sya’biy berkata padaku:
ما حدثوك هؤلاء عن رسول الله صلى الله عليه وسلم فخذ به، وما قالوه برأيهم فألقه في الحش.
“Apa saja yang mereka riwayatkan padamu dari Rosululloh صلى الله عليه وسلم maka ambillah itu, dan apa saja yang mereka ucapkan dengan ro’yu mereka maka lemparkanlah itu ke kamar membuat hajat.” (Diriwayatkan oleh Ad Darimiy (206) dan dishohihkan oleh Syaikhuna Yahya Al Hajuriy حفظه الله).
Dan dari Al Imam Al ‘Auza’iy yang berkata: Umar bin Abdil ‘Aziz رحمه الله تعالى menulis surat:
أنه لا رأي لأحد في كتاب الله، وإنما رأي الأئمة فيما لم ينزل فيه كتاب، ولم تمض به سنة من رسول الله صلى الله عليه وسلم، ولا رأي لأحد في سنة سنها رسول الله صلى الله عليه وسلم.
“Bahwasanya tidak boleh ada ro’yu bagi seorangpun di dalam Kitab Alloh, dan hanya ro’yu para imam di dalam perkara yang tidak turun tentangnya ayat Al Qur’an dan tidak berlalu dengannya suatu sunnah dari Rosululloh صلى الله عليه وسلم . Dan tidak boleh ada ro’yu bagi seorangpun di dalam suatu sunnah yang telah disunnahkan oleh Rosululloh صلى الله عليه وسلم.” (Diriwayatkan oleh Ad Darimiy dalam “Sunan” (336) dan Al Ajurriy dalam “Asy Syari’ah” (100) dan dihasankan oleh Syaikhuna Yahya Al Hajuriy حفظه الله).
Dan Al Imam Al Auza'iy رحمه الله berkata:
عليك بآثار من سلف وإن رفضك الناس، وإياك وآراء الرجال وإن زخرفوه لك بالقول.
"Wajib atasmu untuk mengikuti jejak-jejak para pendahulu (Salaf) walaupun orang-orang menolakmu. Dan hindarkan dirimu dari ro’yu-ro’yu para tokoh walaupun mereka menghiasinya dengan perkataan untuk menipumu." (Diriwayatkan oleh Al Ajurriy dalam “Asy Syari’ah” (119) dan dishohihkan oleh Syaikhuna Abdul Karim Al Hajuriy حفظه الله).
Maka mengikuti bid’ah-bid’ah, ro’yu dan perasaan yang menyelisihi dalil itu bukanlah jalan untuk memuliakan dan memenangkan Islam, bahkan hal itu membantu meruntuhkan Islam dan semakin menyurutkan kejayaannya, dan semakin memperbanyak fitnah.
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: كيف أنتم إذا لبستكم فتنة يهرم فيها الكبير، ويربو فيها الصغير، ويتخذها الناس سنة، فإذا غيرت قالوا: غيرت السنة . قالوا: ومتى ذلك يا أبا عبد الرحمن؟ قال: إذا كثرت قراؤكم، وقلت فقهاؤكم، وكثرت أمراؤكم، وقلت أمناؤكم، والتمست الدنيا بعمل الآخرة.
Dan dari Ibnu Mas’ud رضي الله عنه yang berkata: “Bagaimana kalian jika terliputi oleh fitnah yang mana orang tua menjadi semakin renta di dalamnya, dan anak kecil tumbuh di dalamnya, dan manusia menjadikan itu sebagai sunnah, lalu jika sunnah mereka tadi dirubah, mereka berkata (dengan pengingkaran): “Sunnah dirubah.”?” Murid Ibnu Mas’ud bertanya: “Dan kapankah itu terjadi wahai Abu Abdirrohman?” Beliau menjawab: “Jika para pembaca Al Qur’an kalian banyak tapi ahli fiqih kalian sedikit, penguasa kalian banyak, tapi orang yang terpercaya di antara kalian sedikit, dan dunia dicari dengan amalan Akhirat.” (Riwayat Ad Darimiy (100), dan Ibnu Abdil Barr dalam “Jami’ Bayanil ‘Ilm” (1135)/shohih).
Adulloh Ibnu Fairuz Ad Dailamiy رحمه الله berkata:
بلغني أن أول ذهاب الدين ترك السنة، يذهب الدين سنة سنة، كما يذهب الحبل قوة قوة.
“Sampai berita kepadaku bahwasanya awal hilangnya agama ini adalah dengan ditinggalkannya sunnah. Hilanglah agama ini satu sunnah demi satu sunnah, sebagaimana tali itu hilang kekuatannya sedikit demi sedikit.” (Riwayat Ad Darimiy (98)/shohih).
Dari Hassan bin ‘Athiyyah رحمه الله yang berkata:
ما ابتدع قوم بدعة في دينهم إلا نزع الله من سنتهم مثلها ثم لا يعيدها إليهم إلى يوم القيامة.
“Tidaklah suatu kaum itu membuat bid’ah di dalam agama mereka kecuali Alloh akan mencabut dari sunnah yang ada pada mereka yang semisal dengannya, lalu sunnah itu tidak kembali pada mereka sampai Hari Kiamat.” (Riwayat Ad Darimiy (99)/shohih).
Dan tidak ada jalan untuk memperbaiki agama umat ini kecuali dengan kembali pada kemurnian Sunnah Rosululloh صلى الله عليه وسلم sebagaimana yang dijalankan oleh generasi-generasi pertama umat ini.
Dari Abu Waqid Al Laitsiy رضي الله عنه yang berkata:
إن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ونحن جلوس على بساط: «إنها ستكون فتنة» قالوا: وكيف نفعل يا رسول الله؟ فرد إلى البساط فأمسك به فقال: «تفعلون هكذا». وقال لهم رسول الله صلى الله عليه وسلم يوما: «أنها ستكون فتنة»، فلم يسمعه كثير من الناس، فقال معاذ بن جبل: ألا تسمعون ما يقول رسول الله صلى الله عليه وسلم؟ فقالوا: ما قال؟ قال: «إنها ستكون فتنة». فقالوا: فكيف لنا يا رسول الله؟ وكيف نصنع؟ قال: «ترجعون إلى أمركم الأول».
“Sesungguhnya Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda dalam keadaan kami sedang duduk-duduk di atas tikar: “Sesungguhnya akan terjadi fitnah.” Mereka bertanya: “Dan bagaimana kami harus berbuat wahai Rosululloh?” Maka beliau menggenggam tikar seraya bersabda: “Kalian melakukan seperti ini.” Dan pada suatu hari Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda: “Sesungguhnya akan terjadi fitnah,” Akan kebanyakan orang tidak mendengar sabda beliau tadi. Maka Mu’adz bin Jabal berkata: “Apakah kalian tidak mendengar apa yang disabdakan oleh Rosululloh صلى الله عليه وسلم ?” maka bereka bertanya: “Apakah yang beliau sabdakan?” Nabi bersabda: “Sesungguhnya akan terjadi fitnah.” Mereka bertanya: “Dan bagaimana dengan kami wahai Rosululloh? Bagaimana kami harus berbuat?” Maka beliau menggenggam tikar seraya bersabda: “Kalian (umat ini) kembali kepada urusan agama kalian yang pertama.” (HR. Ath Thobroniy dalam “Al Kabir” (3307) dan Ath Thohawiy dalam “Musykilul Atsar” (996)/sanadnya shohih).
-------------
(“MAULID NABI DAN BUKTI CINTA SEJATI” | Asy Syaikh Abu Fairuz Abdurrahman Bin Soekojo Al Indonesiy Al Jawiy حفظه الله)
---------------Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAddailamiy