Termasuk Bid'ah, Menyengaja mengerjakan shalat untuk mengagungkan hari Asyura
Termasuk Bid'ah, Menyengaja mengerjakan shalat untuk mengagungkan hari AsyuraUntuk pemesanan klik gambar
Ditulis Oleh : Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Qudsiy Al Jawiy
----------------
Termasuk dari perkara yang dibuat-buat pada bulan Muharram adalah: bersungguh-sungguh mengerjakan shalat pada malam Asyura dengan sebab malam itu adalah malam Asyura. Sebagian dari mereka berdalilkan dengan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah رضي الله عنه yang berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ أَحْيَى لَيْلَةَ عَاشُوْرَاءَ فَكَأَنَّمَا عَبَدَ اللهَ تعالى بِمِثْلِ عِبَادَةِ أَهْلِ السَّمَوَاتِ، وَمَنْ صَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ، يَقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ الحَمْدَ مَرَّةً، وَخَمْسَةَ مَرَّةٍ: ﴿قل هو الله أحد ﴾، غَفَرَ اللهُ لَهُ ذُنُوْبَ خَمْسِيْنَ عَاماً مَاضٍ، وَخَمْسِيْنَ عَاماً مُسْتَقْبَلٌ، وَبَنَى لَهُ فِي المَثَلِ الْأَعْلَى أَلْفَ أَلْفِ مِنْبَرٍ مِنْ نُوْرٍ».
"Barangsiapa menghidupkan malam Asyura maka seakan-akan dia beribadah pada Allah ta'ala seperti ibadahnya penduduk langit. Dan barangsiapa shalat empat rekaat dan membaca di setiap rekaatnya Al Hamdulillah satu kali, dan Qul Huwallahu ahad lima kali, Allah akan mengampuni dosa-dosanya lima puluh tahun yang telah lewat, dan lima puluh tahun kedepan, dan membangun untuknya di permisalan yang tertinggi satu juta mimbar dari cahaya."
Ibnul Jauziy رحمه الله berkata: "Hadits ini tidak shahih dari Rasulullah ﷺ. Hadits ini telah dimasukkan kepada sebagian orang terakhir dari kaum yang lalai. Abdurrahman bin Abiz Zinad (salah satu rowi hadits ini) majruh (tercela periwayatannya). Ahmad berkata: "Orang ini haditsnya goncang." Yahya berkata: "Orang ini haditsnya tak bisa dijadikan sebagai hujjah." ("Al Maudhu'at"/karya Ibnul Jauziy/2/hal. 122).
Dan termasuk dari itu adalah bersungguh-sungguhnya mereka untuk shalat di hari Asyura, karena hari itu adalah Asyura. Sebagian dari mereka berdalilkan dengan hadits Abu Hurairah رضي الله عنه yang berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ صَلَّى يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ مَا بَيْنَ الظَّهْرِ وَالْعَصْرِ أَرْبَعِيْنَ رَكْعَةٍ، يَقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ مَرْةً ، وَآيَةَ الْكُرْسِيِّ عَشْرَ مَرَّاتٍ ، وَ﴿قل هو الله أحد﴾ إِحْدَى عَشْرَةَ مَرَّةٍ ، وَالمُعَوِّذَتَيْنِ خَمْسَ مَرَّاتٍ، فَإِذَا سَلَّمَ اسْتَغْفَرَ سَبْعِيْنَ مَرَّةً ، أَعْطَاهُ اللهُ فِي الْفِرْدَوْسِ قُبَّةً بَيْضَاءَ فِيْهَا بَيْتٌ مِنْ زَمَرُّدَةٍ خَضْرَاءَ ، سَعَةُ ذَلِكَ الْبَيْتِ مِثْلُ الدُنْيَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ، وَفِي ذَلِكَ الْبَيْتِ سَرِيْرٌ مِنْ نُوْرٍ ، قَوَائِمُ السَّرِيْرِ مِنَ الْعَنْبَرِ الْأَشْهَبِ ، عَلَى ذَلِكَ السَّرِيْرِ أَلْفَا فِرَاشٍ مِنَ الزَّعْفَرَانِ».
"Barangsiapa shalat pada hari Asyura di antara zhuhur dan ashr empat puluh rekaat, di setiap rekaatnya membaca Fatihatul Kitab sekali, dan Ayat Kursi sepuluh kali, Qul Huwallahu ahad sebelas kali, Mu'awwidzatain lima kali, dan jika menggucapkan salam dia beristighfar tujuh puluh kali, Allah akan memberinya di Firdaus kubah putih di dalamnya ada rumah dari Zamrud hijau, luas rumah itu seperti tiga kali dunia, dan di dalam rumah itu ada ranjang dari cahaya, kaki-kakinya dari anbar putih, dan di atas ranjang itu ada seribu kasur dari za'faran."
Ibnul Jauziy رحمه الله berkata: "Ini adalah hadits palsu. Dan kalimat-kalimat Rasulullah عليه السلام tersucikan dan pencampuran semacam ini. Para rawinya tidak dikenal. Yang tertuduh memalsukan adalah Al Husain." ("Al Maudhu'at"/Ibnul Jauziy/2/hal. 122-123).
Yang dimaksud dengan Al Husain adalah Al Husain bin Ibrahim yang meriwayatkan dari Al Hasan bin Ali bin Ja'far. Abul Wafa Ibrahim Ath Tharabilisiy رحمه الله berkata tentang Al Husain ini: "Dajjal." ("Al Kasyful Hatsits"/hal. 96).
Jika kita telah mengetahui bahwasanya berita-berita tadi adalah dusta atas nama Rasulullah ﷺ maka tidak halal bagi kita untuk mengamalkannya.
Sesungguhnya shalat adalah amalan yang paling utama, akan tetapi barangsiapa melakukannya bukan berdasarkan petunjuk Nabi ﷺ maka shalatnya akan tertolak. Barangsiapa beribadah pada Allah dengan menyelisihi syariat Nabi ﷺ maka sungguh dia telah membuat kebid'ahan dalam Islam, seakan-akan dia menyatakan bahwasanya agama itu perlu kepada penyempurnaan. Dan ini adalah kesesatan yang jelas. Rasulullah ﷺ bersabda:
«أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ خَيْرَ الَحدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الَهدْيِ هَدْيُ مُحمدٍ ، وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهاَ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ».
"Kemudian sesudah itu, maka sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan sejelek-jelek urusan adalah muhdatsah (yang dibuat-buat), dan setiap bid'ah adalah kesesatan." (HR. Muslim (867) dari Jabir رضي الله عنه).
Al Imam Asy Syathibiy رحمه الله berkata: "Maka seorang mubtadi' itu (kita dapati) kesimpulan dari sikap dia atau ucapan dia itu adalah: bahwasanya syariat belum sempurna. Masih tersisa darinya perkara-perkara yang harus atau mustahab untuk disusulkan, karena andaikata dia meyakini bahwasanya syariat itu telah sempurna dan lengkap dari segala sisi, tidaklah dia akan membuat bid'ah dan tidak menyusuli syariat dengan perkara tambahan. Dan orang yang mengucapkan ini telah tersesat dari jalan yang lurus."
Ibnul Majisyun berkata: "Aku mendengar Malik berkata: "Barangsiapa membuat bid'ah dalam Islam dan memandangnya baik, maka dia telah menyangka bahwasanya Muhammad ﷺ itu mengkhianati risalah, karena Allah berfirman:
﴿الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ﴾ [المائدة: 3].
"Pada hari ini Aku telah menyempurnakan untuk kalian agama kalian"
Maka perkara yang pada hari itu tidak menjadi agama, maka pada hari ini juga tidak menjadi agama."
(Selesai dari "Al I'tisham"/Asy Syathibiy/hal. 33).
Syaikhul Islam رحمه الله berkata: "Dan lebih keras dari itu adalah apa yang disebutkan oleh sebagian penulis "Ar Raqaiq Wal Fadhail (pelembut jiwa dan keutamaan)” tentang shalat mingguan dan shalat tahunan: seperti shalat hari Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum'at dan Sabtu. Disebutkan di kitab Abu Thalib, Abu Hamid, Abdul Qadir dan lainnya. Dan seperti shalat Alfiyyah (seribuan) yang dilakukan di awal Rajab, pertengahan Sya'ban, shalat Itsna 'Asyariyyah (dua belas) yang ada di awal malam Jum'at dari bulan Rajab, shalat yang ada di malam dua puluh tujuh Rajab, dan shalat-shalat yang lain yang disebutkan di bulan-bulan yang tiga, shalat dua malam Id, shalat hari Asyura, dan semisal itu yang diriwayatkan dari Nabi ﷺ, bersamaan adanya kesepakatan orang-orang yang tahu hadits Nabi bahwasanya itu tadi adalah kedustaan atas nama Nabi. Akan tetapi hadits tadi sampai ke beberapa orang ulama dan dan ahli agama, lalu mereka menduga bahwasanya hadits tadi shahih, maka mereka mengamalkannya. Mereka dapat pahala atas niat baik mereka dan kesungguhan mereka, bukan dapat pahala karena menyelisihi sunnah.
Adapun orang yang telah jelas baginya sunnah (Sunnah Nabi), lalu dia mengira bahwasanya ajaran yang lain itu lebih baik daripada sunnah, maka orang ini adalah sesat, mubtadi' dan bahkan kafir.
(Selesai penukilan dari "Majmu'ul Fatawa"/24/hal. 201-201).
Yang saya sebutkan ini tadi barulah sebagian dari kebid'ahan yang terkait dengan bulan Muharram, dan saya tidak menyebutkan secara keseluruhan. Maka hamba Allah harus mengikuti Rasul ﷺ dan tidak boleh baginya untuk beribadah pada Allah dengan kebid'ahan sehingga dia menjadi orang yang sesat keluar dari jalan yang lurus.
Syaikhul Islam رحمه الله berkata: "Maka petunjuk tanpa bimbingan dari Allah atau yang selain itu adalah kesesatan. Dan kita wajib untuk mengikuti apa yang diturunkan dari Rabb kita yang berupa Al Kitab dan Al Hikmah, dan kita setia dengan jalan yang lurus, jalan orang-orang yang diberikan kenikmatan oleh Allah dari kalangan para Nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin, dan kita semua berpegang dengan tali Allah dan tidak bercerai-berai. Kita memerintahkan dengan apa yang Allah perintahkan, dan itulah perkara yang ma'ruf. Dan kita melarang dari apa yang dilarang-Nya, dan itulah perkara munkar. Dan kita bersungguh-sungguh ikhlas untuk Allah dalam beramal, karena inilah dia agama Islam. Allah ta'ala berfirman:
﴿بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ للهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ﴾ [ البقرة : 112 ]
"Bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala di sisi Rabbnya, dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
Allah ta'ala berfirman:
﴿وَمَنْ أَحْسَنُ دِيْناً مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ للهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفاً وَاتَّخَذَ اللهُ إِبْرَاهِيْمَ خَلِيْلاً﴾ [ النساء : 125 ] .
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya."
(Selesai dari "Majmu'ul Fatawa"/4/hal. 514-515).
("Bulan Muharram, Antara Syariat Dan Bid’ah Di Dalam Islam" | Abu Fairuz Abdurrohman Al Jawiy )
Sumber Channel Telegram: fawaidMaktabahFairuzAddailamiy